Rabu 20 Sep 2023 08:42 WIB

CAIR Minta Peningkatan Keamanan Setelah Vandalisme Sujumlah Masjid New York

Desakan ini muncul menyusul vandalisme di sebuah masjid di Staten Island.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Seorang pengacara untuk kantong Muslim Islamberg berdoa di sebuah masjid di Tompkins, New York.
Foto: theconversation.com
Seorang pengacara untuk kantong Muslim Islamberg berdoa di sebuah masjid di Tompkins, New York.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Para aktivis hak asasi manusia Amerika mendesak peningkatan keamanan masjid di wilayah Kota New York. Desakan ini muncul menyusul vandalisme yang terjadi di sebuah masjid di wilayah Staten Island.

Pekan lalu, pada 11 September, seseorang dilaporkan buang air kecil di depan Masjid Al-Wadood. Ia juga merusak rak kayu yang digunakan untuk menyimpan sepatu saat sholat.

Baca Juga

Dilansir di The New Arab, Rabu (20/9/2023), hingga berita ini dibuat pelaku perusakan belum tertangkap. Meski demikian, nomor pelat mobil mereka dilaporkan terekam kamera.

Aksi vandalisme masjid itu terjadi sekitar waktu yang sama, ketika sebuah brosur anti-semit dikirimkan kepada sebuah keluarga Yahudi di daerah sekitar Staten Island. Awal bulan ini, sebuah Alquran yang dinodai ditinggalkan di Turkish House, yang merupakan bagian dari Dewan Jenderal Turki di New York.

Pria tak dikenal terungkap melempar salinan Alquran dalam bahasa Inggris dan menendangnya di depan Turkish House, Jumat (8/9/2023). Aksi penistaan Quran itu terjadi pukul 10. 46 waktu setempat. Personel keamanan Turkish Houses seketika ke luar gedung untuk menghentikan aksi itu.

Tidak berhenti disitu, awal bulan ini sebuah pusat Islam Bosnia di New York juga dilaporkan mengalami serangan. Bulan lalu, dua masjid di wilayah Washington, DC menerima telepon ancaman.

“Kami mendesak para pemimpin masyarakat dan otoritas penegak hukum untuk meningkatkan keamanan di masjid dan di semua rumah ibadah," ujar Direktur Eksekutif Dewan Hubungan Amerika Islam (CAIR) New York, Afaf Nasher.

Dalam pernyataan publiknya, ia menyebut sangat disayangkan saat ini semua pihak menyaksikan peningkatan retorika dan tindakan yang bias secara nasional. Kepada komunitas Muslim, ia mengingatkan agar tetap waspada ketika menjalankan ibadah keagamaan.

Selanjutnya, CAIR mendesak lembaga-lembaga keagamaan untuk meningkatkan keamanan dan mengajukan permohonan dana hibah pemerintah nirlaba untuk membantu keamanan. Sebagai pengingat, serangan teroris 11 September telah berlalu lebih dari dua dekade di New York. Namun, diskriminasi dan kebencian terhadap Muslim di Amerika tampaknya masih terjadi.

Kelompok advokasi hak-hak sipil Muslim terbesar di Amerika Serikat atau CAIR geram melihat fakta tersebut. Kepala Eksekutif Dewan Hubungan Amerika-Islam cabang Kalifornia, Hussam Ayloush, bahkan menyebut Islamofobia sudah mengakar di beberapa tempat di Amerika.

"Setelah 22 tahun, sayangnya, Islamofobia telah mengakar dan menjadi bagian dari struktur rasisme yang ada di beberapa bagian negara kita," ujar dia.

Ayloush mengatakan hampir 1 juta dari sekitar 5 juta Muslim yang tinggal di AS alami diskriminasi dan kebencian. Di Negara Bagian California, ia menyebut pelecehan dan prasangka terhadap komunitas Muslim masih sering terjadi hingga kini.

"Lebih dari 50 persen siswa Muslim di Kalifornia menghadapi beberapa bentuk intimidasi verbal dan fisik di sekolah umum hanya karena menjadi Muslim," kata Ayloush.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement