REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida pada Selasa (19/9/2023) mengatakan ia siap bertemu pemimpin Korea Utara Kim Jong-un "kapan saja" sebagai upaya mencapai dunia tanpa senjata nuklir.
Berkenaan dengan keinginan Jepang untuk menyelesaikan semua masalah dengan Korea Utara, termasuk serangkaian uji rudal yang dilakukan Korut dan penculikan warga Jepang di masa lalu, Kishida mengatakan di hadapan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York: "Saya ingin bertemu Kim Jong-un kapan pun tanpa syarat."
Kishida mengatakan Jepang ingin memulihkan hubungan dengan Korut dan menambahkan dia ingin "mengadakan pembicaraan tingkat tinggi di bawah pengawasan dia langsung untuk mewujudkan pertemuan puncak dalam waktu dekat."
Kishida, yang berasal dari Kota Hiroshima yang terkena bom atom, mengatakan perlucutan senjata nuklir adalah “misi seumur hidupnya.”
Menyeru kepada negara-negara bersenjata nuklir untuk meningkatkan keterlibatan mereka pada perlucutan nuklir, dia menyatakan bahwa Jepang akan berkontribusi sebesar 3 milyar yen (sekitar Rp311,5 milyar) "untuk mencapai dunia tanpa senjata nuklir."
"Dana tersebut akan digunakan untuk riset dan pembuatan kebijakan mengenai perlucutan," kata dia.
Kishida menekankan, keterlibatan dan dialog dengan negara-negara bersenjata nuklir mengenai perlucutan adalah penting, menyatakan "ancaman nuklir harus dihentikan."
Dunia berada pada titik perubahan bersejarah, kata Kishida, seraya menambahkan bahwa pelanggaran hukum internasional dan mengubah status quo dengan kekerasan adalah hal yang “tidak dapat diterima” di mana pun di dunia.
"Serangan terhadap Ukraina belum berhenti," kata Kishida, seraya mendesak Rusia untuk menghormati kedaulatan wilayah Ukraina, yang merupakan prinsip dasar hukum internasional."
Kishida mengatakan ada "keinginan putus asa untuk perdamaian" dan "kita harus berupaya menuju dunia yang penuh perdamaian dan kerjasama, bukan perpecahan."
Mendukung multilateralisme yang kuat dan efektif, ia menekankan perlunya “dunia yang peduli terhadap martabat manusia, mana (orang) hidup dalam keselamatan dan keamanan.” Di dunia yang semakin terpecah, "kita perlu bahasa yang sama," tambah dia.
"Masyarakat internasional bisa mengatasi perpecahan melalui kerja sama internasional yang berpusat pada manusia berdasarkan konsep keamanan manusia,” katanya, menyerukan langkah-langkah untuk menghindari krisis pangan.
Kemudian mengenai emisi karbon nol bersih, Kishida menyebut negara-negara Asia tetap penting dalam hal ini.
Selain itu Kishida mengajak dunia untuk "siap menghadapi penyakit menular di kemudian hari" mengambil pelajaran dari Covid-19. Kishida juga mengatakan Jepang akan melanjutkan upayanya untuk mengubah PBB.