REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Persoalan lingkungan yang terjadi di kawasan Danau Rawapening, Kabupaten Semarang terus mempengaruhi kualitas ekosistem yang ada di dalamnya. Salah satunya keberadaan ikan konsumsi.
Populasi ikan konsumsi di danau alam seluas 2.670 hektare yang mencakup empat wilayah kecamatan ini juga terus mengalami penurunan dan beberapa spesies di antaranya bahkan juga di ambang kepunahan.
Oleh karena itu, langkah-langkah untuk mencegah penurunan populasi ikan konsumsi di danau Rawapening ini terus dilakukan berbagai pihak.
Kali ini, Perum Jasa Tirta I bersama dengan PT PLN Indonesia Power, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana, dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang menebar 50.000 ekor benih ikan nilem di kawasan danau Rawa Pening.
Pelepasan puluhan ribu ekor benih ikan ini dilaksanakan di kawasan Daya tarik Wisata (DTW) Bukit Cinta, lingkungan Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Rabu (20/9/2023).
Kepala Divisi Jasa Air dan Sumber Air (ASA) IV Perum Jasa Tirta I, Didit Priambodo mengungkapkan, pelepasan benih ikan di danau Rawapening ini merupakan kegiatan yang rutin dilakukan oleh Perum Jasa Tirta.
Tujuannya untuk mengembalikan daya dukung ekosistem di danau Rawapening, agar terjadi keseimbangan. "Apabila populasi ikan konsumsi meningkat, maka laju pertumbuhan eceng gondok yang selama ini menjadi masalah di Rawapening bisa dihambat," katanya.
Dengan kembalinya populasi ikan konsumsi, masih kata Didit, juga akan membantu meningkatkan perekonomian nelayan tangkap yang setiap hari mencari nafkah di danau Rawapening.
Sehingga benih ikan konsumsi yang dilepaskan hari ini, nantinya bisa berkembang dengan baik dan dapat dimanfaatkan oleh para nelayan maupun masyarakat yang ada di sekitar danau Rawapening. "Baik masyarakat yang ada di Kecamatan Banyubiru, Kecamatan Ambarawa, Kecamatan Bawen serta di Kecamatan Tuntang," jelasnya.
Sementara itu, Senior Manager PT PLN Indonesia Power Mrica Power Generation Unit (PGU), Nazrul Very Andhi menambahkan danau Rawapening merupakan sumber energi primer Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jelok, di Desa Delik, Kecamatan Tuntang.
PLTA Jelok ini mampu menghasilkan daya 4x5 megawatt (MW) yang disalurkan untuk pelanggan listrik di Jawa Tengah. Salah satu problem yang dihadapi adalah laju populasi gulma air enceng gondok yang sanat cepat.
Salah satu ikhtiar untuk merawat dan menjaga pasokan air bagi kebutuhan pembangit PLTA Jelok adalah melalui pengendalian laju populasi enceng gindok yang menutup permukaan air danau Rawapening.
Pelepasan benih ikan hari ini menjadi salah satu cara untuk membantu menghambat laju populasi gulma air tersebut. "Jika air danau Rawapening bersih, daya tampungnya terjaga maka PLTA Jelok bisa optimal beroperasi melayani kebutuhan listrik masyarakat," ungkapnya.
Sementara Sekretaris Dinas Pertanian Perikanan dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang, Istichomah menambahkan, saat ini di danau Rawapening ada sedikitnya 1.600 nelayan tangkap.
Mereka sangat mengandalkan ikan hasil tangkapan dari danau Rawapening. Sejak problem lingkungan terjadi di danau alam ini, mereka megeluh hasil tangkapan ikan juga tidak bisa maksimal.
Selain faktor buruknya kualitas air, salah satu penyebabnya adalah populasi ikan predator. "Akibatnya beberapa jenis ikan konsumsi dan iken endemic danau rawpening populasinya terus menurun," jelasnya.
Ia juga menyebut, Secara habitat, ikan nilem tidak jauh berbeda dengan wader ijo yang merupakan ikan endemik danau Rawapening. “Sehingga diharapkan bisa berkembang dengan baik dan meningkatkan kesejahteraan para nelayan," katanya.