REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) berencana menerapkan model belajar berhitung dengan Metode Gasing (Gampang, Asyik dan Menyenangkan) untuk siswa madrasah. Hal ini dilakukan dengan menggandeng Profesor di Bidang Matematika dan Fisika, Yohanes Surya.
“Saya rasa ini sangat bagus sekali untuk diterapkan di madrasah. Saya kira perlu segera diterapkan dan tak perlu menunggu lama lagi,” ujar Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas usai melihat penerapan metode gasing di berbagai tempat, dalam keterangan yang didapat Republika, Rabu (20/9/2023).
Pernyataan ini ia sampaikan saat menerima Prof Yohanes di Kantor Kemenag Pusat RI, Lapangan Banteng, Jakarta, Selasa (19/9/23). Menurutnya, hal tersebut bisa menjadi solusi bagi Kemenag dalam penerapan pendidikan Matematika di madrasah yang lebih merata, serta mengedepankan logika berpikir dibanding hafalan.
Untuk permulaan, ia berencana akan mulai diterapkan di madrasah terlebih dahulu. Selanjutnya secara perlahan, akan dikembangkan pengajaran metode ini wilayah pondok pesantren.
Menag pun menjelaskan, saat ini ada sekitar tiga juta anak madrasah yang sedang belajar di kelas 1 sampai 6 sekolah dasar atau Madrasah Ibtidaiyah. Dengan jumlah tersebut, Ia berharap bisa menerapkan metode ini selama rentang satu tahun ke depan.
Untuk diketahui, Gasing merupakan metode pembelajaran matematika yang digagas oleh Prof Yohanes dengan langkah-langkah dan metode yang gampang, asyik dan menyenangkan.
Yohanes Surya menjelaskan, penerapan metode Gasing ini tidak hanya dimaksudkan untuk membuat anak pintar berhitung. Yang paling penting, menurutnya, adalah mengembangkan cara berpikirnya yang lebih mengedepankan logika, meningkatkan kecerdasan visual, serta mengubah karakternya.
“Biasanya siswa yang sudah mempelajari matematika dengan metode Gasing, kepercayaan dirinya meningkat. Jadi tidak ragu lagi dalam memecahkan masalah, terutama dalam berhitung,” ujar dia.
Yang lebih penting, lanjut Yohanes, Menag bisa memantau langsung perkembangan siswa. Proses pemantauan (monitoring) bisa dilakukan dengan permainan.
"Dari sini, data kita ambil. Nanti bisa langsung dipantau dan monitoring sejauh mana perkembangannya,” kata dia.
Ia pun mengatakan karena penerapan Gasing ini dilakukan dengan metode bermain, banyak siswa bisa, bahkan betah seharian. Tidak sedikit siswa yang menangis saat masa pelatihan berakhir, karena saking membekasnya metode ini bagi mereka.
Pelatihan metode ini pun dinilai sangat efektif dan efisien, karena hanya memakan dua minggu untuk mengajarkan matematik kepada anak yang sama sekali tidak bisa hingga jago matematika.
“Karena bagi saya tidak ada anak yang bodoh, yang ada hanya anak yang belum berkesempatan mendapatkan pelatihan dengan metode yang baik,” ucap Yohanes.