REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki awal Rabiul Awal hendaknya setiap Muslim memperbanyak untuk membaca shalawat. Sebab pada bulan ini adalah bulan kelahiran nabi Muhammad SAW. Namun tak hanya pada bulan ini, pada bulan-bulan lain pun seyogianya untuk memperbanyak membaca shalawat.
Inilah amal yang paling mudah namun besar pahalanya. Membaca shalawat dapat dilakukan kapanpun. Seorang yang membaca satu kali shalawat saja sudah mendapatkan ganjaran pahala setara sepuluh kali lipat. Apalagi bila membacanya puluhan, ratusan atau ribuan kali.
Diriwayatkan juga oleh ‘Abdullah bin Abi Thalhah dari ayahnya:
أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهَ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَاءَ ذَاتَ يَوْمٍ وَالْبُشْرَى تُرَى فِيْ وَجْهِهِ، فَقُلْنَا إِنَّا لَنَرَى الْبُشْرَى فِيْ وَجْهِكَ، فَقَالَ: جَاءَنِيْ جِبْرِيْلُ فَقَالَ: يَا مُحَمَّد إِنّ رَبَّكَ يَقْرَئُكَ السَّلَامَ وَيَقُوْلُ: أَمَّا يُرْضِيْكَ أَنْ لَا يُصَلِّيَ عَلَيْكَ أَحَدٌ مِنْ أُمَّتِكَ إِلاَّ صَلَّيْتُ عَلَيْهِ عَشْرًا، وَلَا يُسَلِّمُ عَلَيْكَ أَحَدٌ مِنْ أُمَّتِكَ إِلاَّ سَلَّمْتُ عَلَيْهِ عَشْرًا.
Artinya: Bahwa Rasulullah datang pada suatu hari dan terlihat tanda-tanda kegembiraan di wajahnya. Lalu kami bertanya, “Kami telah melihat tanda-tanda kegembiraan di wajahmu.” Nabi menjawab, “Memang, Jibril telah datang kepadaku dan berkata, ‘Wahai Muhammad sesungguhnya Tuhanmu telah menyampaikan salam kepadamu dan berfirman, ‘Tidakkah kamu merasa puas bahwa tidak ada seorang pun dari umatmu yang membaca shalawat untukmu melainkan Aku membalasnya dengan sepuluh kali lipat. Dan tidak seorang pun yang menyampaikan salam kepadamu dari umatmu melainkan Aku membalas dengan salam sepuluh kali lipat’.
Lalu shalawat apa yang harus dibaca? Ada banyak macam shalawat. Dan semuanya baik untuk dibaca. Tetapi penulis pernah mendengar penjelasan Habib Hasan bin Ismail Al Muhdhor dalam salah satu program tanya jawab di tv Al Wafa Tarim, beliau pernah menjelaskan bahwa hendaknya seseorang membaca shalawat yang sesuai dengan dirinya atau membuat perasaannya cocok dan nyaman. Yang terpenting adalah Istiqomah dalam membacanya. Di antara banyak shalawat yang ada, maka yang utama adalah shalawat Ibrahimiyah.
Sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits:
عَنْ اَبِى سَعِيْدِ اَلْخُدْرِيِّ قُلْنَا: يَارَسْولَ اللّٰهِ هَذَا السَّلَامُ عَلَيْكَ قَدْ عَلِمْنَا فَكَيْفَ الصَّلَاةُ عَلَيْكَ؟ قَالَ: قُوْلُوْا: اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ اِبْرَاهِيْمَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اٰلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى اِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى اٰلِ اِبْرَاهِيْمَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. (رواه البخاري واحمد والنسائى وابن ماجه وغيرهم)
Artinya: Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa ia bertanya, “Wahai Rasulullah, adapun pemberian salam kepadamu kami telah mengetahuinya, bagaimana kami harus membaca shalawat?” Nabi menjawab, ucapkanlah: Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad kama shollaita ‘ala ibrahim wa ‘ala ali Ibrahim innaka hamīd majid. Allahumma barik ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad kama barakta ‘ala Ibahim wa ‘ala ali Ibrahim innaka hamid majid. (Riwayat al-Bukhari, Ahmad, an-Nasa'i Ibnu Majah, dan lainnya).
Lihat halaman berikutnya >>>