REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) diprediksi mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,75 persen pada rapat dewan gubernur Agustus 2023. Hal ini sejalan dengan laju inflasi yang masih stabil 3,27 persen secara tahuan pada akhir bulan lalu.
Peneliti Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky, mengatakan target laju inflasi sesuai dengan prediksi Bank Indonesia. "BI perlu mempertahankan suku bunga acuan pada level saat ini sebesar 5,75 persen bulan ini," ujarnya dalam riset LPEM FEB UI, Kamis (21/9/2023).
Selain itu, lanjut Riefky, memprediksi pertumbuhan ekonomi domestik lebih kuat dari perkiraan pada kuartal II tahun ini, seiring permintaan domestik yang kuat.
Meskipun terjadi arus keluar modal dari pasar keuangan Indonesia karena The Fed kembali menaikkan suku bunga pada FOMC pada Juli lalu, surplus neraca perdagangan lebih tinggi pada Agustus 2023 dibandingkan Juli 2023. Rupiah juga tercatat sebagai salah satu mata uang dengan kinerja terbaik di antara negara berkembang.
“Maka itu, kecukupan devisa menjadi lebih tinggi sehingga mampu membantu menstabilkan nilai tukar tanpa menimbulkan desakan bagi BI untuk mengubah tingkat suku bunga. Secara keseluruhan, kami melihat bahwa BI sebaiknya mempertahankan suku bunga acuan pada level saat ini sebesar 5,75 persen dengan tetap memantau stabilitas Rupiah dan menjaga harga domestik," ucapnya.
Sebelumnya Bank Indonesia mengumumkan hasil rapat dewan gubernur Juli 2023 pada Selasa (25/7/2023). Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menuturkan suku bunga acuan tetap dipertahankan level 5,75 persen.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 24-25 Juli 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen," kata Perry dalam konferensi pers RDG Bulanan BI Juli 2023, Selasa (25/7/2023).
Dia mengatakan, suku bunga deposit facility juga tetap sebesar lima persen. Lalu juga suku bunga lending facility juga tetap sebesar 6,50 persen.
"Keputusan ini konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran di bawah empat persen pada sisa 2023,” ujar Perry.
Perry menegaskan, fokus kebijakan Bank Indonesia diarahkan pada penguatan stabilitas nilai rupiah khususnya mengendalikan inflasi barang impor dan memitigasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global.