REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Film, saat ini menjadi salah satu subsektor ekonomi kreatif yang terus berkembang di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya film yang diproduksi di Indonesia dalam 10 tahun terakhir.
Fenomena ini juga ditunjukkan dengan munculnya program studi atau minat belajar di perguruan tinggi yang memajukan ilmu perfilman di Indonesia, salah satunya Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Terhitung sejak tahun pertamanya pada 2019, UPI mendirikan Program Studi Film dan Televisi (FTV). Hingga 2023, FTV telah memiliki lebih dari 400 mahasiswa aktif dan meluluskan angkatan pertamanya pada 2023 sebanyak 50 mahasiswa.
Dalam tiga tahun terakhir, Prodi Film dan Televisi FPSD UPI telah berhasil menjalin kerja sama dalam bentuk yang nyata dengan beberapa institusi, baik di dalam dan di luar negeri. FPSF UPI pun menggelar kegiatan Bandung Internasional Student Film Festival (BISFF).
Menurut Rektor UPI M Solehuddin, sebagai universitas yang menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama, pihaknya sangat mendukung kegiatan yang mendorong kreativitas, inovasi, serta dialog budaya.
"Kegiatan festival ini tidak hanya memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk mengekspresikan bakat mereka, tetapi juga sebagai ajang pertukaran ide dan pengalaman antar mahasiswa dari berbagai negara," ujar Solehuddin, Kamis (21/9/2023).
BISFF Festival Founder, Harry Tjahtjodiningrat mengatakan bahwa sebagai ruang budaya, kegiatan festival film juga membentuk ruang diskusi, mengadakan workshop berupa kelas dan seminar. Serta, presentasi di pasar film yang mempertemukan para praktisi film dan industri.
Menurutnya, hal ini sejalan dengan program-program yang diselenggarakan oleh BISFF. Beberapa kegiatan, seperti workshop, diskusi dan pemutaran film secara parallel di beberapa lokasi merupakan bentuk nyata yang disuguhkan oleh BISFF pada tahun ini.
"BISFF tahun ini tidak hanya memberikan apresiasi pada pelajar pembuat film, namun kami juga berupaya menciptakan ekosistem perfilman yang nantinya dapat menjadi wadah apresiasi bagi setiap pembuat film dan apresiator, khususnya di tingkat pelajar," kata Harry.
BISFF tahun 2023 juga melibatkan 153 film dari 4 kategori, di antaranya film cerita pendek, film dokumenter pendek, film animasi pendek dan film eksperimental.
Film-film hasil karya mahasiswa yang terkumpul dalam ajang BISFF tahun 2023 juga tidak hanya berasal dari pelajar Indonesia, tercatat ada delapan negara yang mengikuti ajang ini, di antaranya Australia, Polandia, Jerman, Malaysia, Amerika Serikat, Belanda, Kanada, dan Indonesia.
“Kemudahan akses melalui jejaring teknologi internet juga mempermudah kami menjangkau peserta yang ada di luar Indonesia. Hal ini membuat BISFF akhirnya bisa diikuti oleh banyak negara,” ujar Nala Nandana selaku festival director BISFF tahun ini.
Nala mengatakan, tahun ini BISFF melakukan kolaborasi dengan beberapa perguruan tinggi di luar Indonesia, seperti Victorian College of Art The University of Melbourne di Austrasia dan Uniwersytet Artystyczny im. Magdaleny Abakanowicz w Poznaniu di Polandia.
"Hal ini tentu saja berkaitan dengan rekognisi perguruan tinggi yang pada dasarnya perlu melakukan implementasi kegiatan belajar secara kolaboratif dengan berbagai institusi di luar kampus," katanya.