Oleh: Faozan Amar, Dosen FEB UHAMKA dan Direktur Eksekutif Al Wasath Institute
Jaman SMA dulu, guru fisika menjadi menjelaskan teori tentang tekanan dan gaya, yakni ; “Tekanan sebanding dengan gaya”, atau P = F/A ; tekanan adalah gaya dibagi luas. Artinya, rumus tersebut menjelaskan bahwa jika gaya besar sedangkan luasnya besar, maka tekanan menjadi kecil. Sebaliknya, jika gayanya besar dan luasnya juga kecil, maka tekanan menjadi lebih kecil. Oleh karena itu, seberapa besar tekanan akan bergantung dari gaya, dan luas bidang yang ditekan.
Rumus tersebut, ternyata sangat relevan dan kontekstual dalam kehidupan manusia. Dimana banyak manusia yang tidak kuat menjalani tekanan hidup akibat terlalu banyak gaya hidup yang berlebihan. Sehingga menyebabkan ketidakseimbangan dan kegagalan dalam kehidupannya. Tak terkecuali hal tersebut dialami oleh para guru yang merupakan salah satu pilar penting dalam dunia pendidikan.
Sehingga banyak guru yang masih belum sejahtera, bukan hanya karena masih rendahnya gaji guru, tetapi juga karena “gaya hidup” yang tidak sesuai dengan jumlah pendapatan yang diperolehnya. Sehingga profesi guru dianggap belum menjanjikan masa depan yang cerah karena belum dapat menjamin kesejahteraan yang baik.
Maka sangatlah beralasan, jika profesi guru tak lagi menarik menjadi cita-cita anak-anak muda cerdas, hebat, dan potensial. Gaji guru honorer yang bekerja di sekolah negeri milik pemerintah dan guru tidak tetap yang bertugas di sekolah milik swasta lebih variatif dengan disparitas yang tinggi dan tidak ada standar upah minimum yang jelas.