REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Penampilan tatap muka pertama Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy di pertemuan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (DK PBB) tentang invasi Moskow ke negaranya dikritik Duta Besar Rusia Vassily Nebenzia. Nebenzia keberatan jika Zelenskyy mengambil alih sidang sejak awal pertemuan.
Perdana Menteri Albania Edi Rama yang bertindak sebagai ketua sidang yang menegangkan tersebut, menanggapi protes Rusia dengan sindiran. Rusia menyebut invasinya ke Ukraina sebagai "operasi militer khusus."
"Saya ingin meyakinkan rekan-rekan Rusia kami dan semua orang di sini ini bukanlah operasi khusus dari kepresidenan Albania," kata Rama yang disambut gelak tawa di seluruh ruangan, Rabu (21/9/2023)/.
"Ada solusi untuk hal ini," lanjut Rama, berbicara langsung kepada Nebenzia: "Jika Anda setuju, Anda hentikan perang dan Presiden Zelenskyy tidak akan berpidato di sidang," kata Rama yang dikenal dengan selera humornya yang tajam.
Nebenzia tidak setuju. Ia kemudian mengatakan sesi tersebut merupakan sebuah pertunjukan dan mengkritik Rama karena membuat pernyataan yang bermuatan politis dan bukannya bertindak sebagai penjaga prosedur yang netral.
Setelah sesi tersebut, Zelenskyy berterima kasih kepada Rama di media sosial. Ia mengatakan pria Albania itu, yang merupakan seorang seniman dan mantan pemain bola basket, "menunjukkan kepada dunia bagaimana cara yang tepat untuk menghadapi Rusia, kebohongan, dan kemunafikannya."
Dalam upaya untuk membenarkan invasinya, Moskow mengatakan ambisi Ukraina untuk berintegrasi dengan Barat termasuk Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Kiev membantah klaim Rusia hanya dalih yang tanpa dasar untuk menggelar invasi.
Ketika diberi kesempatan bicara, Zelenskyy meminta hak veto Rusia sebagai salah satu dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB pasca-Perang Dunia II dicabut sebagai hukuman karena menyerang Ukraina.
Muncul di ruangan setelah Zelenskyy pergi, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov membela penggunaan hak veto Moskow sebagai sesuatu yang sah. Ia menuduh Kiev dan Barat mengikuti prinsip-prinsip Piagam PBB 1945 dengan selektif yang hanya sesuai dengan keinginan mereka.