REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA – Australia meluncurkan pemeriksaan independen untuk menguji respons pemerintah federal terkait penanganan pandemi Covid-19, Kamis (21/9/2023). Pemeriksaan tersebut akan berlangsung selama satu tahun.
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan, pandemi Covid-19 adalah periode yang sangat disruptif dalam kehidupan masyarakat. Kendati demikian Australia berhasil melewati masa tersebut. “Kita perlu mengkaji apa yang benar, apa yang bisa dilakukan lebih baik, dengan fokus pada masa depan,” ucapnya, dikutip The Sydney Morning Herald.
Dalam pemeriksaan independen terkait penanganan pandemi Covid-19 oleh pemerintah federal Australia, terdapat beberapa hal yang bakal dinilai. Mereka antara lain, penyediaan vaksin, perawatan, pasokan medis utama, bantuan keuangan untuk masyarakat dan bisnis, dukungan kesehatan mental, dan bantuan kepada diaspora Australia.
Laporan juga akan memeriksa lebih dari 20 pertanyaan terkait fase awal Covid-19. Beberapa diantaranya diorganisasi oleh negara bagian Australia, yang menjalankan tindakan terkait kesehatan seperti karantina wilayah (lockdown), pengujian, penelusuran, karantina dan rumah sakit serta kontrol perbatasan mereka sendiri.
Pemeriksaan sebelumnya di New South Wales menemukan kesalahan “serius” yang menyebabkan penyebaran wabah Covid-19. Hal tersebut terjadi ketika ribuan penumpang diizinkan turun dari kapal pesiar Ruby Princess di Sydney pada 19 Maret 2020, sebelum hasil tes Covid-19 mereka diumumkan.
Australia dipandang sebagai salah satu negara yang menerapkan pembatasan sosial paling ketat di dunia selama pandemi Covid-19 berkecamuk. Ia menutup perbatasan internasionalnya selama dua tahun. Kota-kota besar di Negeri Kanguru juga berada di bawah lockdown selama berbulan-bulan.
Strategi tersebut terbukti berhasil menekan laju penyebaran Covid-19 di negara tersebut. Namun lonjakan kasus terjadi ketika Australia mulai melonggarkan peraturan pembatasan sosialnya. Kendati demikian tingkat vaksinasi yang tinggi membendung angka kematian.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sejak Januari 2020, Australia, yang berpenduduk 26 juta jiwa, melaporkan lebih dari 11 juta kasus Covid-19. Pandemi membunuh 22.800 orang di negara tersebut.