Jumat 22 Sep 2023 06:31 WIB

Hasil Stress Test BI: Ketahanan Perbankan Kuat

Likuiditas perbankan pada Agustus 2023 terjaga dengan pertumbuhan DPK 6,24 persen.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Staf teller melayani nasabah di Kantor Bank Jago, Jakarta, Selasa (7/2/2023). Hasil stress test Bank Indonesia (BI) menunjukkan ketahanan perbankan yang tetap kuat.
Foto: Republika/Edwin Dwi Putranto
Staf teller melayani nasabah di Kantor Bank Jago, Jakarta, Selasa (7/2/2023). Hasil stress test Bank Indonesia (BI) menunjukkan ketahanan perbankan yang tetap kuat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil stress test Bank Indonesia (BI) menunjukkan ketahanan perbankan yang tetap kuat. Gubernur BI Perry Warjiyo memastikan akan terus memperkuat sinergi dengan KSSK dalam memitigasi berbagai risiko ekonomi domestik dan global yang berpotensi mengganggu ketahanan sistem keuangan dan momentum pertumbuhan ekonomi.

"Ketahanan sistem keuangan, khususnya perbankan, tetap terjaga," kata Perry dalam konferensi pers RDG Bulanan BI September 2023, Kamis (21/9/2023).

Baca Juga

Dia menjelaskan, permodalan perbankan kuat dengan rasio kecukupan modal mencapai 27,44 persen pada Juli 2023. Risiko kredit juga terkendali yang tercermin dari rasio kredit bermasalah sebesar 2,51 persen (bruto) dan 0,80 persen (neto) pada posisi yang sama.

BI juga mengungkapkan, likuiditas perbankan pada Agustus 2023 terjaga dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 6,24 persen secara tahunan. Rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tercatat tinggi yakni 26,49 persen pada Agustus 2023 sejalan dengan stance kebijakan likuiditas longgar Bank Indonesia.

"Perkembangan ini mengakibatkan suku bunga perbankan tetap rendah, dengan suku bunga deposito satu bulan dan suku bunga kredit pada Agustus 2023 masing-masing sebesar 4,23 persen dan 9,34 persen," ungkap Perry.

Kredit atau pembiayaan perbankan terus meningkat pada seluruh sektor ekonomi. Kredit perbankan pada Agustus 2023 tumbuh 9,06 persen secara tahunan yang meningkat dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,54 persen.

"Pertumbuhan kredit terutama ditopang oleh kinerja sektor jasa dunia usaha, perdagangan, dan jasa sosial," ucap Perry.

Sejalan dengan pertumbuhan kredit perbankan secara agregat, Perry menegaskan, pembiayaan syariah tumbuh tinggi mencapai 14,52 persen secara tahunan. Sementara itu, pertumbuhan kredit UMKM juga membaik mencapai 8,90 persen secara tahunan, terutama berasal dari segmen mikro.

Ke depan, Bank Indonesia terus memastikan kecukupan likuiditas perbankan, termasuk melalui kebijakan insentif likuiditas makroprudensial (KLM) untuk mendorong kredit atau pembiayaan dunia usaha. Perry menuturkan, Bank Indonesia juga terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah, perbankan, dan dunia usaha untuk mendorong peningkatan penyaluran kredit atau pembiayaan perbankan.

"Penguatan ini terutama pada sektor-sektor yang memiliki daya ungkit pada perekonomian nasional yaitu sektor-sektor hilirisasi (minerba, pertanian, peternakan, dan perikanan), perumahan (termasuk perumahan rakyat), pariwisata, inklusif (termasuk UMKM dan KUR), ultra mikro (UMi), serta ekonomi hijau," jelas Perry.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement