REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas jatuh pada akhir perdagangan Kamis (21/9/2023), menghentikan kenaikan lima sesi beruntun karena indeks dolar dan imbal hasil obligasi pemerintah AS naik. Federal Reserve berjanji untuk menaikkan suku bunga sampai inflasi kembali ke target tahunannya sebesar 2,0 persen.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di Divisi Comex New York Exchange, anjlok 27,50 dolar AS atau 1,40 persen menjadi ditutup pada 1.939,60 dolar AS per ounce, setelah diperdagangkan menyentuh tertinggi sesi di 1.952,20 dolar AS dan terendah di 1.933,10 dolar AS.
Emas merosot setelah imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun mencapai puncak intraday di 4,495, tertinggi sejak 2007, yang mencerminkan aksi jual tajam di pasar obligasi.
Sementara itu, indeks dolar naik 0,10 persen mencapai posisi tertinggi dalam enam bulan di 105,31, membatasi pembelian komoditas dalam mata uang dolar oleh pemegang mata uang lainnya.
Federal Reserve pada Rabu (20/9/2023) mempertahankan suku bunga tidak berubah tetapi tidak mengesampingkan kemungkinan kenaikan suku bunga sekali lagi pada pertemuan November.
Sinyal hawkish The Fed untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama memicu reli dolar AS dan mengangkat imbal hasil obligasi pemerintah AS, sehingga melemahkan harga emas.
"Kebijakan The Fed yang hawkish juga tidak terbukti terlalu populer di kalangan pembeli emas meskipun terdapat optimisme menjelang rilis tersebut. Emas menguat menuju 1.950 dolar AS menjelang keputusan tersebut, sejalan dengan nilai tertinggi dari awal bulan ini, sebelum mengembalikan keuntungan pra-rilis hari itu dan mengakhirinya di zona merah," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA, dalam komentar surelnya.
Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember turun 14,90 sen atau 0,63 persen, menjadi ditutup pada 23,687 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober terpangkas 17,70 dolar AS atau 1,88 persen, menjadi menetap pada 924,60 dolar AS per ounce.