Jumat 22 Sep 2023 07:10 WIB

Dolar AS Menguat, Klaim Pengangguran Mingguan Turun

Indeks dolar naik 0,23 persen menjadi 105,3620 pada akhir perdagangan.

Red: Friska Yolandha
Karyawan menghitung uang dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (29/9/2022). Indeks dolar naik 0,23 persen menjadi 105,3620 pada akhir perdagangan.
Foto: Prayogi/Republika.
Karyawan menghitung uang dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (29/9/2022). Indeks dolar naik 0,23 persen menjadi 105,3620 pada akhir perdagangan.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Dolar AS menguat terhadap mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis (21/9/2023), karena klaim pengangguran mingguan AS turun ke level terendah delapan bulan dan pasar tenaga kerja tetap ketat. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik 0,23 persen menjadi 105,3620 pada akhir perdagangan.

Sebuah laporan dari Biro Statistik Tenaga Kerja AS pada Kamis (21/9/2023) menunjukkan bahwa klaim awal tunjangan pengangguran turun 20.000 ke penyesuaian musiman 201.000 untuk pekan yang berakhir 16 September, level terendah sejak Januari. Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa jumlah pengangguran pada awal September merupakan yang terkecil sejak Januari.

Baca Juga

“Perekonomian ini tidak menunjukkan tanda-tanda melambat yang mengisyaratkan bahwa inflasi tidak akan kembali ke targetnya,” kata Christopher Rupkey, kepala ekonom di FWDBONDS.

Juga pada Kamis (21/9/2023), Indeks Difusi untuk aktivitas umum Survei Manufaktur Federal Reserve Philadelphia saat ini turun tajam ke minus 13,5 pada September dari 12 pada Agustus, namun angka tersebut tampaknya tidak memiliki dampak nyata terhadap dolar AS.

Sementara itu, Bank Sentral Inggris (BoE) dan Bank Sentral Swiss (SNB) mempertahankan suku bunga tidak berubah pada Kamis (21/9/2023). Sebagian besar ekonom memperkirakan kedua bank tersebut akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin lagi karena inflasi masih berada pada tingkat yang tinggi di Inggris dan Swiss.

"Inflasi telah turun drastis dalam beberapa bulan terakhir, dan kami pikir hal itu akan terus berlanjut," kata Andrew Bailey, gubernur BoE, dalam sebuah pernyataan. 

Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,0662 dolar AS dari 1,0686 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2291 dolar AS dari 1,2362 dolar AS.

Dolar AS dibeli 147,5180 yen Jepang, lebih rendah dari 147,9800 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9040 franc Swiss dari 0,8969 franc Swiss, dan meningkat menjadi 1,3469 dolar Kanada dari 1,3437 dolar Kanada. Dolar AS naik menjadi 11,1616 krona Swedia dari 11,0915 krona Swedia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement