Jumat 22 Sep 2023 11:00 WIB

Sosiolog: Fenomena Pinjaman Online Muncul Akibat Tingginya Kemiskinan

Pinjaman online menjadi solusi keuangan bagi masyarakat menengah ke bawah.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Friska Yolandha
Ilustrasi pinjaman online (pinjol). Pinjaman online menjadi solusi keuangan bagi masyarakat menengah ke bawah.
Foto: Freepik
Ilustrasi pinjaman online (pinjol). Pinjaman online menjadi solusi keuangan bagi masyarakat menengah ke bawah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Sosiolog Nia Elvia memberikan tanggapannya mengenai maraknya fenomena pinjaman online yang semakin merebak di kalangan masyarakat. Menurut Nia, fenomena ini memiliki akar penyebab yang erat kaitannya dengan faktor ekonomi.

"Fenomena ini muncul karena faktor ekonomi. Dari beberapa kajian, angka kemiskinan kita masih tinggi,” kata Nia, kepada Republika.co.id, Jumat (22/9/2023).

Baca Juga

Dalam pandangannya, angka kemiskinan di Indonesia masih tergolong tinggi. Hal ini mendorong masyarakat untuk mencari peluang ekonomi tambahan, salah satunya melalui pinjaman online.

Nia mengatakan bahwa pinjaman online telah menjadi solusi bagi banyak masyarakat kelas menengah ke bawah, yang membutuhkan dana cepat. Kemudahan akses, serta syarat yang relatif mudah, membuat pinjaman online menjadi pilihan menarik.

“Pinjaman online ini sebagian besar digunakan oleh masyarakat kelas menengah ke bawah, karena aksesnya yang relatif mudah dan persyaratan yang sederhana,” ujar Nia.

Menurut dia, budaya pinjaman dalam bentuk kasbon di warung juga memiliki kemiripan dengan fenomena pinjaman online. Hal ini terjadi karena banyak masyarakat yang belum sejahtera dan membutuhkan akses cepat ke dana tambahan. “Karena tadi, karena memang belum sejahtera,” kata dia.

Namun, Nia menegaskan bahwa ketika seseorang sudah sejahtera secara ekonomi, cenderung enggan melakukan pinjaman, karena secara sosial, memiliki hutang dianggap sebagai tanda kurang mampu mengelola ekonomi dengan baik. Nia juga menyoroti perlunya pemerintah untuk melindungi masyarakat dari risiko pinjaman online yang bisa berujung pada kematian atau stres, akibat kesulitan mengembalikan pinjaman.

Dia berpendapat bahwa pemerintah harus membuat kebijakan yang dapat memproteksi masyarakat, termasuk penyaringan atau pemfilteran terhadap penyedia pinjaman online. Ketika ditanya apakah literasi keuangan dapat membantu mengelola ekonomi masyarakat, terutama generasi muda, Nia menyatakan bahwa sementara literasi keuangan memiliki peran penting, prioritas utama harus diberikan pada perlindungan yang lebih kuat dari pemerintah.

"Saya kira proteksi pemerintah yang lebih diutamakan, terutama dalam hal penyaringan lembaga pinjaman online yang memberikan pinjaman kepada masyarakat," kata Nia. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement