REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Sebuah laporan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan, lebih dari 1.100 warga Palestina mengungsi karena kekerasan dari pemukim Israel di Tepi Barat yang diduduki sejak 2022. Para pejabat menggambarkan eksodus sebagai tak tertandingi dalam beberapa tahun terakhir.
Laporan tersebut, yang dirilis pada Kamis (21/9/2023), mendokumentasikan tiga insiden terkait pemukim setiap hari di Tepi Barat. Jumlah itu rata-rata harian tertinggi sejak PBB mulai mendokumentasikan tren pada 2006.
“Kekerasan telah benar-benar mengosongkan lima komunitas Palestina. Enam lagi telah melihat setengah dari penduduk mereka pergi dan tujuh telah melihat seperempat melarikan diri,” kata laporan itu dilansir dari Daily Sabah, Jumat (22/9/2023).
Ketika permukiman Israel berkembang di bawah pemerintahan sayap kanan Benjamin Netanyahu, orang-orang Palestina mengatakan kekerasan dari pemukim radikal Israel telah mencapai puncaknya. "PBB telah mencatat tingkat kekerasan pemukim yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap warga Palestina tahun ini," ujar koordinator kemanusiaan untuk wilayah Palestina yang diduduki, Lynn Hastings.
"Komunitas kemanusiaan menanggapi kebutuhan mendesak mereka, tetapi tidak akan ada kebutuhan untuk bantuan kemanusiaan jika hak-hak dasar mereka ditegakkan,” kata Hastings.
Orang-orang Palestina yang telah meninggalkan rumah mereka mengatakan serangan terhadap tanah penggembalaan mereka dan kekerasan dari pos-pos terdepan permukiman, banyak di antaranya baru-baru ini didirikan di puncak bukit yang mengelilingi desa-desa Palestina.
Peta Tepi Barat rusak...