REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jelang akhir pekan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) bergerak optimistis. Pada sesi pertama perdagangan hari ini, Senin (22/9/2023), IHSG mengalami kenaikan sebesar 0,53 persen ke level 7.028,86.
Kenaikan IHSG terjadi di tengah mayoritas bursa regional Asia yang bergerak variatif. "Pasar tampaknya masih berhati-hati masuk ke pasar ekuitas karena sikap hawkish Federal Reserve," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo.
Bank sentral AS tersebut memberikan sinyal kenaikan tingkat suku bunga acuan sekali lagi pada akhir tahun ini. Hal tersebut membuat tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS masih menunjukkan kenaikan untuk tenor 10 tahun dan 30 tahun.
Sebelumnya, ketua The Fed Jerome Powell memperingatkan masih adanya risiko inflasi. Federal Reserve menargetkan inflasi dikisaran dua persen. The Fed menunjukkan suku bunga akan tetap tinggi hingga tahun depan, sehingga mengurangi harapan pelonggaran kebijakan sebelum 2025.
Sementara dari internal, menguatnya IHSG sejalan dengan Bank Indonesia (BI) yang sedang menjaga stabilitas keuangan untuk menopang pemulihan ekonomi dalam negeri. Hal ini tercemin setelah BI mempertahankan suku bunga acuannya.
Selain itu, sentimen positif juga didukung realisasi penerimaan pajak 2023 hingga Agustus. Realisasi penerimaan pajak dari awal 2023 hingga Agustus 2023 mencapai Rp 1.246,97 triliun, atau tumbuh 6,4 persen dibandingkan penerimaan tahun lalu pada periode yang sama.
Pada sesi pertama, kenaikan IHSG ditopang saham sektor konsumer seperti UNVR yang naik 2,65 persen dan ICBP yang naik 1,79 persen. Selain itu ada juga MAPA yang menguat 3,25 persen.