Jumat 22 Sep 2023 13:47 WIB

Dikira Pasukan Etnis Armenia, 5 Tentara Rusia Tewas Ditembak Militer Azerbaijan

Azerbaijan dan Armenia sedang terlibat konflik perebutan wilayah Nagorno-Karabakh.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Dalam foto yang diambil dari video yang dirilis Kemenhan Azerbaijan pada 19 September 2023, api ledakan membubung di atas wilayah yang menurut Azerbaijan menampung pasukan Armenia.
Foto: Defense Ministry of Azerbaijan v
Dalam foto yang diambil dari video yang dirilis Kemenhan Azerbaijan pada 19 September 2023, api ledakan membubung di atas wilayah yang menurut Azerbaijan menampung pasukan Armenia.

REPUBLIKA.CO.ID, BAKU – Sebanyak lima tentara Rusia di wilayah Nagorno-Karabakh tewas ditembak militer Azerbaijan setelah dikira anggota pasukan etnis Armenia. Tentara Rusia memang dikerahkan ke wilayah yang dipersengketakan tersebut sebagai penjaga perdamaian.

Kejaksaan Agung Azerbaijan mengungkapkan, insiden penembakan yang menewaskan lima tentara Rusia terjadi pada Rabu (20/9/2023) lalu. “Pada tanggal 20 September, sekelompok tentara Azerbaijan yang berpartisipasi dalam kegiatan kontra-terorisme di daerah pedesaan desa Canyatak di wilayah Terter salah mengira kendaraan yang membawa personel Pasukan Penjaga Perdamaian Rusia sebagai kendaraan milik pasukan ilegal Armenia dan melepaskan tembakan karena medan yang sulit, hujan, dan berkabut. Akibat kejadian itu, lima personel Pasukan Penjaga Perdamaian Rusia kehilangan nyawa,” katanya, dikutip Anadolu Agency, Kamis (21/9/2023).

Baca Juga

Menurut Kejaksaan Agung Azerbaijan, pada hari dan di desa yang sama, pasukan etnis Armenia menembaki sebuah truk milik Pasukan Penjaga Perdamaian Rusia. Mereka menyebut, seorang tentara Rusia tewas dan seorang tentara lainnya terluka akibat penembakan itu.

Kejaksaan Agung Azerbaijan mengungkapkan, saat ini pihaknya telah meluncurkan penyelidikan terhadap insiden dua penembakan yang menyebabkan enam tentara Rusia di Nagorno-Karabakh tewas. Kejaksaan Rusia turut dilibatkan dalam proses investigasi.

Pada Selasa (19/9/2023) lalu, Azerbaijan melancarkan operasi militer ke wilayah Nagorno-Karabakh. Mereka menyebut operasi itu sebagai operasi “anti-teroris”. Tujuan operasi adalah memukul pasukan etnis Armenia yang mengontrol wilayah tersebut. Sedikitnya 25 orang telah dilaporkan tewas dalam operasi militer Azerbaijan. 

Kelompok separatis yang didukung Armenia sebelumnya mendesak Azerbaijan untuk memulai negosiasi dan menghentikan permusuhan. “Pihak (Karabakh) menyerukan pihak Azerbaijan untuk segera melakukan gencatan senjata dan duduk di meja perundingan untuk mengatasi situasi ini,” kata kementerian luar negeri wilayah yang memisahkan diri tersebut.

Pemerintah Azerbaijan mengatakan bersedia melakukan pertemuan dengan pasukan etnis Armenia yang mengontrol wilayah sengketa Nagorno-Karabakh. Namun Azerbaijan meminta mereka terlebih dulu meletakkan senjata dan menyerah. “Untuk menghentikan tindakan anti-teroris, angkatan bersenjata ilegal Armenia harus mengibarkan bendera putih, menyerahkan semua senjata, dan rezim ilegal harus membubarkan diri,” kata Kantor Kepresidenan Azerbaijan dalam sebuah pernyataan, Selasa lalu.

Dalam pernyataan tersebut diterangkan, Azerbaijan bersedia bertemu dengan perwakilan pasukan etnis Armenia di Yevlakh, sebuah kota di Azerbaijan yang terletak sekitar 100 kilometer dari basis pasukan etnis Armenia, yakni Stepanakert. Namun ditegaskan kembali bahwa pertemuan tersebut hanya dapat terlaksana jika pasukan etnis Armenia menyerah. “Jika tidak, tindakan anti-teroris akan terus berlanjut hingga akhir,” kata Kantor Kepresidenan Azerbaijan.

Armenia dan Azerbaijan telah terlibat pertikaian sejak dekade 1990-an. Pemicu utamanya adalah Nagorno-Karabakh, sebuah wilayah yang terletak di dalam Azerbaijan, tapi berada di bawah kendali pasukan etnis Armenia. Pada 2020 lalu, kedua negara terlibat pertempuran sengit di wilayah tersebut.

Konfrontasi berlangsung selama enam pekan dan memakan korban lebih dari 6.500 jiwa. Rusia menjadi pihak yang berhasil mendorong kedua negara menyepakati gencatan senjata.  Berdasarkan perjanjian, 2.000 tentara penjaga perdamaian Rusia dikerahkan ke wilayah tersebut.

Azerbaijan memperoleh keuntungan teritorial yang signifikan. Hal itu karena Armenia setuju menyerahkan beberapa bagian wilayah di Nagorno-Karabakh ke Azerbaijan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement