Jumat 22 Sep 2023 22:45 WIB

Buntut Meninggalnya Gian, Pemkot Padang Ultimatum Siswa yang Bawa Motor ke Sekolah

Pemkot Padang melarang siswa membawa sepeda motor ke sekolah buntut meninggalnya Gian

Rep: Febrian Fachri/ Red: Bilal Ramadhan
Nova Deswita, orang tua, Gian Septiawan Ardani, yang meninggal tertimpa tembok saat berwudhu. Pemkot Padang melarang siswa membawa sepeda motor ke sekolah buntut meninggalnya Gian.
Foto: Republika/Febrian Fachri
Nova Deswita, orang tua, Gian Septiawan Ardani, yang meninggal tertimpa tembok saat berwudhu. Pemkot Padang melarang siswa membawa sepeda motor ke sekolah buntut meninggalnya Gian.

REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Meninggalnya Gian Septiawan Ardani berdampak luas. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang mengeluarkan Surat Edaran yang berisi larangan pelajar SMP baik negeri maupun swasta di Kota Padang membawa kendaraan ke sekolah. 

Surat edaran ini bentuk penegasan Pemerintah Kota Padang usai insiden seorang pelajar SMP berinisial MHA (13 tahun) melakukan freestyle sepeda motor gaya standing sepulang sekolah. Sepeda motor itu lalu menabrak dinding . 

Baca Juga

Aksi gaya-gayaan MHA, kini telah berstatus tersangka/anak berkonflik dengan hukum, mengakibatkan tewasnya Gian Septiawan Ardani, bocah SD 8 tahun tertimpa dinding saat mengambil wudhu. 

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Padang, Yopi Krislova, mengatakan secara aturan pelajar SMP memang tidak diperbolehkan membawa kendaraan ke sekolah. Pelajar harus diantar orang tua atau memanfaatkan angkutan umum. 

“Kami akan pertegas aturan ini dan menyampaikan ke para guru-guru melalui surat edaran. Surat edaran ini berisikan pelarangan bagi siswa untuk tidak membawa kendaraan atau sepeda motor ke sekolah,” ujar Yopi, Jumat (22/9/2023). 

Yopi menyebut pelajar SMP masih masuk kategori anak di bawah umur yang belum bisa mendapatkan Surat Izin Mengemudi (SIM). Kemudian menurut Yopi, para pelajar ini jarang melengkapi aturan berlalu lintas seperti mengunakan helm. 

“Jarang pakai helm, ugal-ugalan. Masih di bawah umur, tentunya belum memiliki SIM,” ujar Yopi. 

Menurut Yopi, masih ditemukannya pelajar SMP membawa kendaraan ke sekolah, tidak terlepas kelalaian dari orang tua. Ia merasa hal ini tidak bisa sepenuhnya disalahkan pihak sekolah. 

“Kita juga tidak bisa menyalahkan pihak sekolah atau guru. Ini semestinya peran orang tua sangat penting. Orang tua memberikan kendaraan, kadang siswa ini memakirkan sepeda motornya di luar perkarangan sekolah. Jadi susah juga mengontrolnya,” kata Yopi menambahkan. 

Insiden tewasnya Gian Septiawan Ardani sangat menyita perhatian publik. Apalagi, detik-detik korban tertimpa dinding pembatasan parkiran masjid tersebut terekam CCTV hingga beredar luas. 

Dari video yang beredar, korban yang memakai seragam mengaji itu tampak berlari menuju tempat wudhu. Di sana, sudah terdapat temannya.

Lalu korban mengambil wudhu ditemani temannya di samping. Di saat bersamaan, terdapat dua orang pelajar SMP berdiri dan telah memakirkan sepada motor Mio putih. Juga terdapat bapak-bapak bermain ponsel di atas sepada motornya.

Tak lama berselang, datang dua orang pelajar lainnya dengan mengendarai sepeda motor Mio hitam. Saat sampai di parkiran masjid, pelajar yang berbonceng turun dari sepeda motor Mio hitam ini.

Namun, kemudian pengemudi sepeda motor hitam yakni MHA malah melakukan freestyle motor gaya standing akan tetapi hilang kendali. Sepeda motor menabrak dinding, korban kemudian tertimpa hingga dinyatakan tewas. Sedangkan rekannya selamat menghindar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement