REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Daerah (Pemda) DIY menyebut bahwa penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO tanpa adanya rekomendasi khusus. Hal ini disampaikan Sekda DIY, Beny Suharsono usai pertemuan Tim Delegasi Sidang Penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta di Riyadh dengan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Jumat (22/9/2023).
Penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta ditetapkan pada Senin (18/9/2023) dalam Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage Committee (WHC) di Riyadh, Arab Saudi, Senin (18/9/2023). Dalam daftar Warisan Dunia UNESCO, Sumbu Filosofi Yogyakarta bertajuk lengkap The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks.
Beny menuturkan, pengajuan Sumbu Filosofi Yogyakarta ke UNESCO ini berjalan mulus tanpa sanggahan, dan cepat. Hal ini dikarenakan Pemda DIY sebelumnya telah menyiapkan berbagai dokumen pengajuan yang lengkap.
Meski begitu, Beny menuturkan bahwa usai penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan budaya dunia ini, akan ada management planning dalam rangka perbaikan di beberapa lini. Terutama yang paling diperlukan adalah keterlibatan publik yang arahnya adalah peningkatan kesejahteraan.
"Sumbu Filosofi ini bukan benda, jadi perlu ekstra dalam penjagaannya. Di dalamnya ada perencanaan dan pengamalan bersama masyarakat, bagaimana masyarakat Kota Yogya dan Bantul dilibatkan untuk ikut menjaga. Kami akan berjalan dengan dan akan menghasilkan tindak bersama," kata Beny di Kompleks Kepatihan, Kota Yogyakarta, Jumat (22/9/2023).
Lebih lanjut, Beny menyebut bahwa keberlangsungan Sumbu Filosofi Yogyakarta akan selalu dievaluasi oleh UNESCO. Menjaga keberadaan Sumbu Filosofi ini, kata Beny, juga tidak mudah.
Terlebih, harus ada manfaat positif yang dihasilkan untuk masyarakat dari Sumbu Filosofi ini. Pasalnya, saat ini Sumbu Filosofi sudah menjadi milik dunia, sehingga pihaknya berharap masyarakat turut berkontribusi dalam menjaga dan memanfaatkan cagar budaya ini. "Kita harus bisa meningkatkan kesejahteraan, salah satunya adalah menjual nilai. Kita sudah diakui dunia, jadi kita punya nilai yang lebih," ungkap Beny.
Tenaga Ahli Dinas Kebudayaan DIY, Daud Arif Tanudirjo juga membenarkan bahwa tidak ada rekomendasi khusus dari UNESCO. Daud menegaskan bahwa UNESCO tidak memberikan rekomendasi maupun persyaratan dalam menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia.
Meski begitu, UNESCO hanya mendorong agar DIY melaksanakan segera terkait apa yang sudah direncanakan sebelumnya mengenai Sumbu Filosofi Yogyakarta ini. “Jadi itu berupa support dari mereka rekomendasinya. Hanya dorongan untuk melaksanakan management plan, kan sudah ada di dalam dossier itu management planning-nya. Jadi UNESCO hanya menekankan, misalnya saja pendekatan pembangunan kota itu berdasarkan history landscapes. Itu saja,” kata Daud.
Daud juga menyebut bahwa akan dilakukan kajian dari daya dukung dan kajian dampak warisan budaya pada kawasan yang masuk dalam Sumbu Filosofi. Menurutnya, semua sudah ada di dalam management planning Sumbu Filosofi yang sudah disusun.
"Tadi beliau Ngarsa Dalem (Gubernur DIY) meminta supaya ini kan sudah diakui, sehingga bagaimana betul-betul bisa mendukung visi misi beliau yang tercantum dalam RPJMD yaitu kan memuliakan masyarakat Yogya. Beliau berpesan supaya terbuka semua, dan masyarakat nanti bisa ikut partisipasi," ungkap Daud.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi mengatakan, proses hingga Sumbu Filosofi Yogyakarta ini diakui dunia tidaklah mudah. Dian menjelaskan, proses pengumpulan dokumen sudah dilakukan sejak 2010 lalu, sehingga banyak data yang dieksplor dan dikaji pada tahun tersebut.
"Kalau saya pikir dari tahun 2010 itu kita sudah mulai eksplorasi semua data. Kemudian 2014 kita sudah mulai sounding untuk menginisiasi wacana tersebut kepada publik dan pemerintah pusat. Kita menyiapkan dossier pra nominasi yang harus masuk ke tentative list terlebih dahulu,” kata Dian.
Setidaknya, ada sembilan provinsi di Indonesia yang mengajukan list pra nominasi, termasuk di dalamnya DIY. Dari sembilan provinsi yang masuk di dalam tentative list, kemudian dikawal, dikunjungi, dan dilakukan seleksi hingga akhirnya terpilih Kebun Raya Bogor dan Sumbu Filosofi Yogyakarta.
"Itu dilanjut terus dan akhirnya yang paling siap adalah DIY. Karena itu kita maju terus sampai dengan terakhir 2023 awal naskah nominasi final itu sudah diterima oleh UNESCO. Kemudian lolos memenuhi syarat masuk sidang kemarin,” ucap Dian.
Meski begitu, sebelum sidang dilakukan, juga ada penilaian dari ICOMOS pada Agustus 2022 yang bukan hanya menilai dokumen saja. Namun yang lebih penting, mereka menilai bukti yang ada di lapangan, apakah benar-benar ada sesuai dengan dokumen.
Setelah Sumbu Filosofi Yogyakarta ini menjadi warisan budaya dunia, nantinya secara garis besar ada tindak lanjut penetapan yang akan dikondisikan langsung oleh Gubernur DIY, Wagub DIY, dan Sekda DIY terkait dengan stakeholder yang akan menangani Sumbu Filosofi ini.
"Jadi ini ada kolaborasi antara pemerintah pusat, kemudian Pemda DIY, Pemkot Yogyakarta, dan Bantul, plus Keraton sebagai stakeholder utama yang nanti akan melakukan pengelolaan di kawasan Sumbu Filosofi," jelas Dian.