REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Musim penghujan di Kota Surabaya diperkirakan akan terjadi pada Desember 2023 berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG). Meksipun masih lama, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi genangan saat datangnya musim hujan.
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga Kota Surabaya (DSDABM) Kota Surabaya, Lilik Arijanto mengatakan, pihaknya telah melakukan berbagai persiapan untuk mengantisipasi datangnya musim hujan. Sarana dan prasarana sudah sejak dahulu disiapkan. "Kemudian saluran kita dalamkan dan pompa kita jaga kontinuitasnya. Itu sudah kita lakukan," kata Lilik.
Saat ini yang menjadi fokus utama pihaknya adalah menyelesaikan proyek saluran seperti box culvert. Pasalnya, ketika akan memasang box culvert, saluran di sekitarnya harus ditutup. Situasi itu menimbulkan kekhawatiran karena berpotensi menimbulkan genangan.
Lilik pun meminta jajarannya untuk memeriksa lapangan agar kisdam yang dibuat tidak permanen tetapi bisa cepat dibuka. "Itu target kita sekarang," ucapnya dalam keterangan pers yang diterima Republika.
Ia juga menjelaskan saat ini terdapat sekitar 100 titik pekerjaan saluran di Kota Surabaya. Jumlah proyek saluran tersebut tidak hanya dikerjakan oleh DSDABM namun juga melalui Dana Kelurahan (Dakel). Adapun persentase pekerjaan sudah 70 persen lebih dan tidak ada masalah sampai akhir tahun.
Di samping itu, Lilik juga menyatakan telah melakukan evaluasi terhadap beberapa kawasan yang rawan terjadi genangan saat musim hujan. Salah satunya di kawasan Jalan Mayjend Sungkono Surabaya. Menurut dia, lokasi tersebut memang banyak utilitas yang posisinya membuntu saluran.
Adapun terkait dengan adanya sampah yang menyumbat saluran, Lilik memastikan, ada tim yang secara kontinu berkeliling melakukan pemeriksaan. Tim tersebut bertugas membersihkan sampah yang ada di setiap saluran atau gorong-gorong.
Berikutnya, Lilik juga menyatakan, terdapat 30 persen pekerjaan saluran yang belum dikerjakan. Lokasi saluran tersebut berada di perkampungan dan jalan-jalan besar. Sebab itu, lokasi rawan terjadi genangan justru berada di kawasan perkampungan.
Lilik mencontohkan, ketika terjadi genangan di Jalan Mayjend Sungkono Surabaya beberapa bulan lalu. Genangan tersebut disebabkan karena pelapis tanggul sungai di kawasan Kembang Kuning Surabaya yang ambrol. "Yang utara tanggul pelapis ambrol, jadi meluber ke warga. Jadi aliran utara ditutup diarahkan ke selatan jadi kapasitas mengeringkan terlambat," jelasnya.
Meskipun demikian, Lilik memastikan bahwa kerusakan tanggul sungai di Kembang Kuning saat itu telah dilakukan perbaikan. Karena itu, ia optimis ke depan saat turun hujan, genangan Jalan Mayjend Sungkono bisa diantisipasi.
Di sisi lain, Lilik juga tak menampik potensi genangan di Jalan Mayjend Sungkono masih bisa terjadi ketika turun hujan deras. Sebab , hal itu dikarenakan kawasan tersebut masih perlu dilakukan pelebaran saluran.
Menurut dia, pelaksanaan pembuatan pedestrian beberapa tahun lalu masih menggunakan saluran-saluran lama. Kemudian area yang banyak direhabilitasi lebih pada saluran sisi utara. "Nanti 2024 kita akan bikin pekerjaan di sana untuk penambahan kapasitas saluran-saluran," ucapnya.