REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Endometriosis, sebuah kondisi kronis yang mempengaruhi kesehatan wanita, masih memerlukan perhatian dan pemahaman lebih mendalam di Indonesia. Jika sudah mengidapnya, adakah terapi hormon yang bisa menyembuhkan penyakit ini?
Nyeri yang muncul saat menstruasi, meskipun umum terjadi pada banyak wanita, masih sering dianggap normal dan tidak diberi perhatian serius. Padahal, nyeri yang berlebihan dapat mengganggu aktivitas harian dan mungkin menunjukkan adanya kondisi medis serius, seperti endometriosis.
Hal tersebut menjadi contoh nyata mengenai kurangnya pengetahuan tentang endometriosis. Bayer, perusahaan global di bidang life science yang berfokus di kesehatan dan pertanian, mengajak perempuan Indonesia untuk lebih memahami terkait endometriosis, agar kesadaran semakin meningkat sehingga dapat menghilangkan miskonsepsi.
Wanita yang mengidap endometriosis harus mendapatkan pengobatan yang tepat sedini mungkin demi kesehatan dan kualitas hidupnya. Dienogest dari Bayer merupakan obat yang direkomendasikan dokter untuk terapi endometriosis.
Hasilnya, rasa nyeri yang biasanya muncul di area panggul dan sekitarnya akibat endometriosis, bisa dikendalikan dan bahkan diminimalkan. Lalu dalam pemakaian jangka panjang secara rutin, Dienogest secara signifikan mampu mengurangi lesi endometriosis.
"Dienogest 2mg dari Bayer merupakan solusi inovatif bagi perempuan dalam mengatasi rasa nyeri akibat endometriosis. Selain itu, Dienogest 2mg juga telah terbukti memiliki kemampuan untuk mengurangi lesi yang terkait dengan kondisi tersebut," kata Head of Medical Pharmaceuticals Bayer, dr Dewi Muliatin Santoso, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (22/9/2023).
Dienogest juga memiliki manfaat yang terbukti dan telah teruji secara klinis. Namun pengidap endometriosis harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter spesialis, sebelum mengkonsumsi produk ini. Karena harus dipastikan dulu bahwa penanganan sudah sesuai dan tepat bagi setiap individu serta mencegah kemungkinan efek samping dalam penggunaan jangka panjang.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), sekitar 190 juta wanita usia produktif di seluruh dunia mengalami endometriosis. Endometriosis adalah kondisi di mana jaringan yang seharusnya hanya tumbuh di dalam dinding rahim, yang disebut endometrium, malah tumbuh di luar rahim pada tempat-tempat yang tidak seharusnya.
Endometriosis seringkali menyebabkan nyeri yang sangat kuat di area panggul, terutama saat menstruasi. Pada beberapa situasi, kondisi ini juga bisa menjadi penyebab rasa sakit saat melakukan hubungan seksual atau saat buang air. Terdapat juga kasus di mana perempuan yang memiliki endometriosis tidak merasakan gejala apa pun, tetapi bisa mengalami masalah kesuburan hingga kesulitan untuk hamil.
Selama periode dari Juni 2019 hingga Agustus 2020, Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) di Jakarta telah melakukan penelitian pada perempuan berusia 18-49 tahun yang mengalami endometriosi.
Dari penelitian ini, ditemukan nyeri berlebihan yang disebabkan oleh endometriosis berdampak pada produktivitas serta kualitas hidup wanita tersebut. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa endometriosis dapat berkontribusi terhadap gangguan kesehatan mental, seperti depresi (28 persen) dan anxiety (20 persen).