REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap tanggal 12 Rabiul Awal, Muslim di dunia akan merayakan hari kelahiran (maulid) Nabi Muhammad SAW. Pada hari itu, umat Muslim semua bergembira menyambut kedatangannya.
Pengurus Majelis Rasulullah Habib Nabiel Al Musawa menyebut, perayaan ini bukan sekedar ditujukan pada dzat Rasulullah SAW. Kegembiraan ini juga untuk merayakan hadirnya taufik, hidayah dan washilah kepada manusia dan seluruh makhluk hidup di muka Bumi.
"Kalau tidak ada Rasulullah SAW lahir, maka nggak bakalan dapat hidayah. Mungkin kita masih seperti umat sebelumnya, ada yang begini, ada yang begitu, ada yang, apa namanya, ekstrim, ada yang sesat dan sebagainya," ujar dia saat dihubungi Republika, Jumat (22/9/2023).
Kemudian, jika ada yang bertanya mengapa harus bergembira dengan lahirnya Nabi Muhammad SAW, padahal itu tidak dicontohkan. Jawabannya adalah kegembiraan itu bukan dengan tanggal lahirnya, tapi karena di hari itu semua makhluk mendapatkan hidayah, bukan hanya manusia.
Habib Nabiel menyebut Rasulullah SAW mengajarkan bagaimana memelihara binatang, tumbuhan, bahkan gunung. Dalam hadits shahih riwayat Muslim disampaikan, "Sesungguhnya Uhud adalah bukit yang mencintai kita dan kita pun mencintainya." Ini termasuk ajaran Nabi dalam mencintai alam semesta.
Seluruh makhluk dapat merasakan manfaat dari keberadaan dan hadirnya Nabi Muhammad SAW. Bahkan dalam Alquran disampaikan, "Wama arsalnaka illa rahmatan lil alamin" atau artinya, "rahmat bagi seluruh alam semesta".
"Kenapa bukan dikatakan 'wama arsalnaka illa rahmatan lil mu'minin', karena beliau adalah rakmat bagi seluruh alam semesta. Yang mendapat rahmat bukan hanya manusia," lanjut dia.
Terkait perayaan Maulid Nabi, Habib Nabiel menyebut umat Muslim boleh merayakan atau pun tidak. Yang terpenting adalah bagaimana momen di bulan Rabiul Awal ini digunakan sebagai pengingat kepada Beliau.
"Terkait perayaannya, bagi yang mau merayakan, alhamdulillah. Seperti saya, saya mengadakan apa namanya, peringatan maulid dan semuanya. Yang tidak mau merayakan, tidak apa-apa," ucap Habib Nabiel.
Biasanya, Maulid Nabi identik dengan pengajian, tausyiah, kajian atau ceramah. Materinya pun seputar kehidupan atau akhlak dari Nabi Muhammad SAW.
Menurut dia, momen ini adalah saat yang pas untuk mengingat kembali sosok Rasulullah SAW, agar bisa mengikuti sifat dan akhlaknya. Karena tidak semua orang memiliki waktu untuk menonton kajian di Youtube, ceramah di TV atau radio, maka Maulid Nabi yang acaranya sampai ke desa dan pelosok menjadi waktu yang tepat.
"Yang mau mengadakan (perayaan), silahkan merayakan. Yang penting, baik yang suka mengadakan Maulid Nabi maupun tidak, itu jangan sampai terpecah belah," kata dia.
Habib Nabiel mengingatkan ajaran Rasulullah SAW untuk bersatu. Maka, setiap umat-Nya harus saling menghormati dan menegakkan sunnah Nabi melalui Maulid Nabi ini.