REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyampaikan Blok Warim di Papua yang menyimpan cadangan minyak dan gas bumi bahkan disebut melebihi Blok Masela akan segera dilelang. Pemerintah juga akan mempromosikan blok tersebut agar diketahui oleh para perusahaan kontraktor.
“Lagi disiapkan, kita promosikan dulu. Kita mau lelang kalau pada tidak tahu di awal-awal ini kan gimana. Sudah ada spot-spot-nya,” kata Menteri ESDM, Arifin Tasrif di Badung, Bali, akhir pekan ini.
Arifin pun menyebut, sudah terdapat perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang menyatakan minat untuk melakukan pendalaman terhadap blok tersebut. Namun, Arifin enggan menyebut detail.
“Bule. Pokoknya bule (luar negeri),” katanya singkat.
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Sutjipto, menuturkan blok tersebut siap ditender setelah lelang dibuka oleh Kementerian ESDM.
Ia pun memastikan, eksplorasi Blok Warim tidak akan mengganggu kawasan hutan lindung yang terdapat di wilayah tersebut. Seperti diketahui, area Blok Warim bersinggungan langsung dengan kawasan hutan lindung sehingga perlu dipastikan tak akan berdampak pada lingkungan.
“Kita garap yang tidak ada persinggungan itu,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif, mengatakan cadangan gas yang dimiliki Blok Warim dua kali lipat dari cadangan Blok Masela dan Blok Natuna.
Potensi minyak blok tersebut mencapai 25,9 juta barel minyak dan gas bumi mencapai 47,37 triliun kaki kubik. "Ini merupakan salah satu potensi cadangan yang besar dan mampu memperkuat pasokan migas di wilayah timur Indonesia," ujar Arifin.
Namun, kata Arifin untuk bisa mengembangkan Blok Warim, Kementerian ESDM harus lebih dulu melakukan kordinasi dengan Kementerian LHK sebab, potensi cadangan ditemukan bertumpukan dengan Taman Nasional Lorent.
Pemerintah akan serius menggarap blok ini karena dengan mengoptimalisasikan 20 persen dari potensi cadangan yang ada, bisa memberikan dampak positif bagi neraca ekspor impor migas dalam negeri. Terlebih lagi, kata Arifin ada fasilitas LNG di wilayah Papua Nugini yang bisa dimanfaatkan dalam rencana pengembangan.