REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hemato-Onkologi Medik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Prof Aru Wicaksono Sudoyo, mengatakan kini ada opsi terapi lainnya bagi penderita kanker selain kemoterapi, yakni imunoterapi. Imunoterapi adalah terapi memperkuat sel darah putih penderita kanker.
Ada tiga cara untuk menyembuhkan kanker, pertama dengan tumornya diambil, atau dengan disinar itu hanya di satu bagian. Sementara kemoterapi adalah dengan memasukkan obat-obat antikanker masuk ke dalam tubuh, lalu menyerang sel kanker, dengan efek samping yang sudah diketahui.
“Imunoterapi itu bukan menyerang tumornya, tapi sel-sel darah putih itu yang diperkuat. Obat itu akan mempengaruhi sel-sel penjaga kita, leukosit, untuk menjadi kuat,” kata Prof Aru dalam diskusi The Role of Internist in Cancer Management (ROICAM) 10 di Jakarta, Sabtu (23/9/2023).
Jika kemoterapi salah satu efek sampingnya justru menurunkan daya tahan tubuh, imunoterapi ini justru memberikan imun yang berlebih pada pasien. Tetapi dalam pelaksanaan imunoterapi ini, tentu jangan sampai berlebihan juga sehingga para internist harus menjaganya.
Cara pelaksanaan imunoterapi bisa dengan obat minum, infus, atau injeksi. Pada pasien kanker, imunoterapi akan membantu menghambat dan menghentikan perkembangan dan penyebaran sel kanker ke organ lain.
Ada juga dengan pengambilan darah pasien, lalu leukosit akan diolah menjadi kebaikan serta diperbanyak dan dibuat kuat. Namun, imunoterapi dengan cara ini masih dalam pengujian sehingga belum ada di Indonesia.
Beberapa jenis kanker yang dapat ditangani melalui imunoterapi adalah kanker paru, darah, ginjal, kandung kemih, limfoma, dan kanker serviks. Meski begitu, bukan berarti imunoterapi tidak memiliki efek samping.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam jebolan Universitas Indonesia ini mengatakan imunoterapi maupun kemoterapi bukan persoalan mana yang lebih baik, tetapi keputusan jenis terapinya didasari dari serangkaian tes kepada pasien yang dilakukan sebelumnya.
“Kadang-kadang kita kombinasi antara kemoterapi dan imunoterapi. Pada kanker-kanker jenis tertentu, kita hanya kasih satu obat imunoterapi, seberapa banyak, tergantung stadium,” ungkap Prof Aru.
Imunoterapi dianggap cukup ampuh karena mengandalkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan sel-sel kanker. Meski demikian, biaya imunoterapi tidak bisa dibilang murah. Estimasi harga perawatannya berkisar Rp 100 juta untuk dua kali infus atau suntikan. Sejauh ini, untuk imunoterapi ini masih belum tercover oleh BPJS Kesehatan.
Rahma Sulistya