Ahad 24 Sep 2023 19:29 WIB

Perjuangan Muslimah Manal Rostom Pertahankan Hijab dan Kisah di Ambang Kematian      

Manal Rostom konsisten memakai hijab dalam aktivitas publiknya

Rep: Rossi Handayani / Red: Nashih Nashrullah
Manal Rostom. Manal Rostom konsisten memakai hijab dalam aktivitas publiknya
Foto: Tangkapan layar
Manal Rostom. Manal Rostom konsisten memakai hijab dalam aktivitas publiknya

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Jilbab atau dikenal juga dengan hijab sering dikenakan oleh muslimah sebagai simbol kehormatan dalam keyakinannya. Bagi ratusan ribu Muslimah di seluruh dunia yang mengenakan jilbab, agama mereka dapat langsung dikenali. Terkadang mereka mendapatkan tantangan dengan mengenakan jilbab. 

Pelari maraton dan pendaki gunung Mesir Manal Rostom menjadi wanita Mesir pertama yang mendaki Gunung Everest pada 2022. Dia sudah menjadi simbol kekuatan bagi Muslimah di seluruh dunia ketika pada 2019 dia menjadi duta merek Nike pertama yang mengenakan jilbab. 

Baca Juga

Namun ada suatu masa ketika Rostom kesulitan mengenakan hijabnya. Suatu saat, dia ingin menanggalkannya karena dia mendengar federasi olahraga melarang atlet mengenakan hijab. 

Hingga 2012, badan sepak bola internasional, FIFA, melarang atlet berhijab bermain di kejuaraan sepak bola. Baru pada tahun ini Nouhaila Benzina menjadi pemain pertama yang berhijab di Piala Dunia Wanita 2023. 

Rostom memutuskan untuk tidak melepas hijabnya untuk olahraga. "Saya seperti, tidak, tunggu sebentar. Saya akan memulai sebuah platform. Saya hanya ingin memulai percakapan," kata dia dilansir dari laman ABC pada Ahad (24/9/2023). 

Pada 2014, dia mendirikan sebuah grup Facebook untuk wanita berhijab, Surviving Hijab yang kini memiliki lebih dari satu juta anggota di seluruh dunia. “Komunitas ini sangat erat bagi perempuan, oleh perempuan, dan komunitas ini berkembang pesat,” kata Rostom. 

"Saya menyebutnya 'Surviving Hijab', karena saya ingin bertahan, semua kesulitan yang terkait dengan (mengenakan hijab)," lanjut dia.

photo
5 Muslimah berhijab cemerlang di bidangnya. - (Republika) 

Rostom dilahirkan dalam keluarga yang cukup religius dan tidak pernah dipaksa memakai hijab. Namun pada usia 19 tahun, setelah dia mencapai pubertas, dia memilih untuk memakainya. Keputusan itu diambil setelah terjadi kecelakaan mobil yang serius. Itu adalah pengalaman mendekati kematian. 

Setelah itu, Rostom mengatakan dia menghabiskan waktu merenungkan mengapa dia bisa bertahan. “Saya hanya perlu menggali lebih dalam dan jawaban saya adalah, saya ingin menunjukkan rasa syukur kepada Tuhan dengan mengenakan hijab,” ucap Rostom. 

Dia menyadari mengenakan jilbab adalah cara untuk memeluk keyakinannya dengan lebih banyak kekuatan dan rasa syukur untuk hidup. 

Baca juga: 8 Fakta tentang Istana Supermegah Firaun yang Diabadikan Alquran

“Rasa syukur adalah bagian yang sangat besar dari iman. (hijab) bukanlah simbol agama. Itu adalah cara hidup,” kata dia. 

Dan dia mendorong orang-orang yang melihat hijab dari sudut pandang negatif untuk mendidik diri mereka sendiri, dan melihat lebih jauh dari yang mereka lihat di media. Dia mengatakan orang-orang sering beranggapan bahwa karena dia mengenakan jilbab, dia tertindas. 

“Itu hanya persepsi yang salah. Saya merasa orang-orang tidak punya waktu dan (terlalu) malas untuk mencari tahu apa itu hijab untuk Muslimah," kata dia. 

“(Di media arus utama), Anda melihat seorang perempuan (yang mengenakan jilbab) yang tidak berpendidikan, Anda melihat seorang perempuan yang tidak mudah didekati. Anda melihat seorang perempuan yang membosankan dan tidak keren. (Itu) menyakitiku karena menurutku aku tidak membosankan," lanjut dia. 

 

Sumber: abc  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement