REPUBLIKA.CO.ID, CIMAHI — Di tengah kondisi darurat, Pemerintah Kota (Pemkot) Cimahi, Jawa Barat, mendorong upaya mengurangi volume sampah yang diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat. Untuk itu, diharapkan masyarakat dan industri memilah dan mengolah sampah sejak dini.
“Harus total secara perlahan-lahan mau melakukan pilah sampah di sumber,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Cimahi Chanifah Listyarini, Senin (25/9/2023).
Chanifah mengharapkan sampah-sampah organik di rumah tangga, industri, juga pasar dapat langsung diolah. Dengan harapan dapat menekan volume sampah yang diangkut ke TPA Sarimukti, bahkan kalau bisa sampai nol.
Untuk mendukung itu, disiapkan tempat penampungan sementara (TPS) yang dilengkapi dengan fasilitas pengolahan, seperti di Pasar Atas, Leuwigoong, dan Cibeber. “Semua sampah organik harapannya bisa selesai di wilayah. Kalau tidak habis, dikirim ke TPS, nanti di-treatment di TPS organik,” kata Chanifah.
Menurut Chanifah, DLH Kota Cimahi pun akan membeli sekitar lima alat pemilah dan pencacah sampah. Alat tersebut akan dibeli menggunakan dana belanja tak terduga (BTT).
Selain itu, Chanifah mengatakan, pihaknya tengah menyiapkan dua tempat untuk lokasi refuse-derived fuel (RDF) plant bantuan dari pemerintah pusat. Lokasinya disiapkan di wilayah Kelurahan Cipageran, Kecamatan Cimahi Utara. “Di dua lokasi itu diperkirakan akan bisa mengolah sampah hingga 50 ton per harinya,” kata dia.