REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Tim dosen dari Prodi D3 Keperawatan, Poltekkes Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Malang baru saja melaksanakan pengabdian masyarakat kepada para alumni dan mahasiswa. Tim berusaha memberikan penguatan kapasitas pengelolaan penyakit tidak menular (PTM) dengan perawatan terapi bekam.
Perwakilan tim pengabdian, Anggun Setyarini menyatakan, PTM masih menjadi permasalahan kesehatan utama di dunia maupun di Indonesia. Bahkan, PTM menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia. "Bertanggung jawab atas 71 persen dari total jumlah kematian setiap tahun," kata Anggun saat dikonfirmasi Republika, Senin (25/9/2023).
Setidaknya terdapat empat pembunuh teratas di antara PTM dengan jumlah kematian tertinggi. Empat jenis penyakit tersebut antara lai kardiovaskular (17,9 juta kematian setiap tahun) dan kanker (9,0 juta). Kemudian penyakit pernapasan (3,9 juta) dan diabetes (1,6 juta).
Di samping itu, Anggun juga membahas proporsi penyebab kematian PTM pada orang-orang berusia kurang dari 70 tahun. Menurut dia, penyakit kardiovaskular merupakan penyebab terbesar (39 persen) diikuti kanker (27 persen). Sementara itu, penyakit pernapasan kronis, penyakit pencernaan dan PTM yang lain bersama-sama menyebabkan sekitar 30 persen kematian, serta empat persen kematian disebabkan diabetes.
Di sisi lain, Anggun menyebutkan hipertensi dan hiperkolesterolemia merupakan faktor predisposisi yang paling banyak. Bahkan, menunjukkan dampak yang signifikan dalam menyebabkan penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu, dianjurkan untuk melakukan modifikasi pola makan, aktivitas fisik, dan terapi farmakologi maupun nonfarmakologi.
Salah satu pilihan terapi alternatif nonfarmakologis tersebut adalah terapi bekam basah (wet cupping therapy). Berdasarkan Perkumpulan Bekam Indonesia (PBI), teknik bekam telah lama dipraktikkan oleh manusia sejak zaman dahulu kala. Kini pengobatan ini dimodernisasikan dan mengikuti kaidah-kaidah ilmiah dengan menggunakan suatu alat yang praktis dan tata cara yang lebih higienis dan efektif.
Menurut Anggun, saat ini telah banyak bukti ilmiah yang mendukung terapi bekam. Sebab itu, perlu menjadi salah satu keterampilan yang dapat dibekalkan kepada mahasiswa untuk melengkapi kemampuan dalam mengelola penderita PTM. Dalam bidang keperawatan, terapi bekam juga tercantum dalam Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI).
Berdasarkan hasil penelitian, bekam dapat menurunkan tekanan darah dan kadar kolesterol pada pasien hipertensi dan hiperkolesterol. Penelitian lain menyebutkan setelah dilakukan terapi bekam selama tiga bulan berturut‐turut didapatkan tekanan darah sistolik dan diastolik mengalami penurunan yang signifikan. Kadar kolesterol setelah dilakukan terapi bekam juga mengalami penurunan dengan standar deviasi 21,557.
Selaras dengan hal tersebut, maka Anggun bersama Dyah Widodo dan Zulfiqar Umasugi memberikan pelatihan terapi bekam kepada sejumlah alumni dan mahasiswa Poltekkes Malang. Pada kegiatan ini turut hadir instruktur Perkumpulan Bekam Indonesia (PBI) Andik Isdianto dan Novariza Fitrianti.
Pada hari pertama peserta dibekali materi sejarah bekam, penentuan titik bekam, pengenalan alat bekam, prinsip pencucian alat, sterilisasi alat dan demonstrasi prosedur bekam. "Kemudian hari selanjutnya, peserta mengikuti lokakarya nursepreneurship dan praktik bekam," jelasnya .
Sementara itu, peserta pelatihan juga tampak mengikuti kegiatan dengan antusias. Naharani salah satu peserta alumni D3 menyatakan senang dan bersyukur dapat mengikuti kegiatan ini.