Senin 25 Sep 2023 12:43 WIB

Polusi dan Kualitas Udara tidak Sehat, Gangguan Pernapasan Semakin Mengancam?

Vaksinasi termasuk cara yang disarankan untuk melindungi diri dari pneumonia.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Fernan Rahadi
Bahaya polusi udara pada tumbuh kembang anak  (ilustrasi)..
Foto: dokpri
Bahaya polusi udara pada tumbuh kembang anak (ilustrasi)..

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Belakangan ini, sejumlah kota di Indonesia mengalami polusi dan kualitas udara yang tidak sehat. Kondisi tersebut memicu meluasnya sebaran partikel polutan yang dapat memunculkan sejumlah penyakit respirasi dengan angka mortalitas tertinggi termasuk pneumonia. 

Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru-Paru), Rumah Sakit Siloam, Profesor Allen Widysanto mengungkapkan secara detail tentang pneumonia. Data global menunjukkan infeksi saluran pernapasan sekunder ini menyebabkan 2,5 juta kasus kematian di berbagai negara pada 2019.

"Bahkan, bagi populasi yang pernah terinfeksi COVID-19, penyakit tersebut semakin rentan menyerang dan memicu gangguan pernapasan akut yang lebih mematikan," ungkapnya dalam keterangan resmi yang diterima Republika. 

Menurut dia, fakta kerentanan tersebut juga berlaku untuk semua kalangan. Dalam hal ini termasuk mereka yang memiliki penyakit komorbid seperti penyakit paru, jantung kronis, diabetes, asma dan koinfeksi dengan Covid-19. Para alkoholik, perokok aktif, pekerja di perkotaan dan lingkungan industri yang harus berkutat dengan polusi juga memiliki kerentanan sama. 

Kondisi udara yang kian memburuk di banyak lokasi di Indonesia menunjukkan risiko pneumonia bisa meningkat berkali-kali lipat. Hal ini dapat menyebabkan produktivitas kerja pun ikut terancam. Sebab, menurunnya kualitas kesehatan karyawan di tempat kerja. 

Merujuk kondisi tersebut, maka ini diharapkan dapat menjadi momen yang tepat bagi RS untuk memperkuat atensi publik terhadap risiko penyakit gangguan pernapasan di tempat kerja. Hal ini penting karena penyakit gangguan pernapasan dapat menyerang semua kalangan. Lebih utamanya bagi kelompok usia produktif, ancaman penyakit gangguan pernapasan menjadi berkali-kali lipat lebih berbahaya.

Sementara itu, Ketua Satgas Imunisasi Dewasa Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam (PAPDI), Sukamto Koesnoe menyatakan, perlu adanya kebijakan vaksinasi perusahaan, khususnya terkait pneumonia. Langkah ini penting demi menjaga performa karyawan sekaligus mendorong peningkatan target kesehatan Indonesia yang lebih baik. 

Satgas Imunisasi dengan senang hati dan sangat terbuka mendukung kesadaran masing-masing individu. Dukungan ini juga termasuk untuk perusahaan yang berkeinginan melakukan pencegahan dan perlindungan terhadap gangguan respirasi melalui vaksinasi pneumonia. 

Medical Director Pfizer Indonesia, Richard Santoso menyebut, vaksinasi termasuk cara yang disarankan untuk melindungi diri dari penyakit pneumonia. Hal ini lebih tepatnya mencegah infeksi dari bakteri pneumokokus pada manusia. 

Dia mengatakan, pada tingkat akutnya, pneumonia dapat menyebabkan alveoli (kantung udara) di paru-paru dipenuhi oleh cairan atau nanah yang menghambat kelancaran bernapas. Oleh karena itu, pihaknya sangat terbuka dalam mendukung upaya perusahaan untuk memastikan kesehatan karyawan terjaga. "Khususnya dari risiko penyakit gangguan pernapasan yang dapat mengganggu produktivitas kerja," ungkapnya.

Berdasarkan data MercerMarshBenefit, terdapat peningkatan kasus pneumonia pada dewasa dan anak dalam perbandingan semester I 2023 dan Semester I 2022. Data peningkatannya sekitar 56,9 persen (dewasa) dan 88,1 persen (anak-anak).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement