Selasa 26 Sep 2023 15:59 WIB

Bagaimana Proses Teknologi Modifikasi Cuaca?

Hujan sebisa mungkin diturunkan sebelum awan tiba di daerah target.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Natalia Endah Hapsari
Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) pada dasarnya dilakukan untuk memprematurkan kejadian hujan yang seharusnya secara alami turun di daerah target.
Foto: ANTARA/Nova Wahyudi
Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) pada dasarnya dilakukan untuk memprematurkan kejadian hujan yang seharusnya secara alami turun di daerah target.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) pada dasarnya dilakukan untuk memprematurkan kejadian hujan yang seharusnya secara alami turun di daerah target, potensi awan hujan dijatuhkan di luar target sehingga dapat mengurangi intensitas hujan di daerah target.

Hal itu dilakukan dengan memicu potensi awan hujan yang ada di atmosfer dengan menebar garam ke dalam awan hujan, sehingga bisa turun jatuh menjadi hujan di tempat tertentu yang diinginkan sesuai kebutuhan dan tujuan. 

Baca Juga

Koordinator Laboratorium Pengelola Teknologi Modifikasi Cuaca Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Budi Harsoyo mengungkapkan dalam melakukan operasi TMC, BRIN bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU). BMKG berperan terutama dalam memasok data serta informasi cuaca, awan dan arah angin. 

Sedangkan TNI AU menyediakan armada pesawat, khususnya untuk operasi TMC yang bertujuan dalam mitigasi bencana. Biasanya radar cuaca BMKG menginformasikan keberadaan awan target dan arah kekuatan angin ke pilot. Kemudian pesawat Casa yang membawa muatan garam (NaCl) akan menyemai awan hujan target, di mana posisi pesawat selalu berada di antara arah angin dan awan hujan target. 

“Hujan sebisa mungkin diturunkan sebelum awan tiba di daerah target, sehingga intensitas hujan di daerah target berkurang,” kata Harsoyo. 

Kendati demikian, Harsoyo menuturkan TMC ini meski orang mengenal dengan hujan buatan, tetapi BRIN tidak bisa membuat hujan. Itu yang perlu dicatat dan dipahami. 

“Kalau kami diminta melakukan operasi TMC untuk mengisi waduk pada saat musim kemarau yang dalam kondisi kering dan tidak ada potensi awan, kami tidak bisa melakukan apa-apa, ini yang kita sampaikan terutama kepada stakeholder,” ujarnya. 

Di sisi lain, Harsoyo menjelaskan TMC sebenarnya sudah mulai dikembangkan mulai dikembangkan dengan metode penyemaian dari darat melalui menara Ground Based Generator (GBG). Namun sejauh ini baru bisa diimplementasikan untuk pengisian waduk. 

Hal ini karena menara ditempatkan di daerah topografi tinggi dan menggunakan bahan semai dalam bentuk flare yang dibakar dengan berisi garam KCL, fungsinya untuk menambah inti kondensasi jika dimasukkan ke dalam awan. 

Dia menyebutkan kelebihan menara GBG ini adalah biaya operasional lebih murah dan dapat beroperasi 24 jam. Tetapi kekurangannya yaitu sifatnya statis, jadi operasi TMC hanya bisa dilakukan saat ada awan yang mendekat ke menara saja. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement