Senin 25 Sep 2023 19:58 WIB

‘Sunat Jin’, Mitos yang Masih Dipercaya Masyarakat, Apa Kata Dokter?

Apa itu ‘sunat jin’? Mengapa berbahaya?

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Anak laki-laki disunat (ilustrasi). Dokter menjelaskan bahayanya fenomena sunat jin.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Anak laki-laki disunat (ilustrasi). Dokter menjelaskan bahayanya fenomena sunat jin.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Spesialis bedah urologi RSUD Dr Soegiri Lamongan, dr Budi Himawan mengatakan, fenomena "sunat jin" masih menjadi salah satu mitos yang dipercaya beberapa kelompok orang. Padahal ini merupakan kondisi medis berbahaya yang membutuhkan penanganan sesegera mungkin.

Mirisnya, ada di antara mereka yang sampai membuat syukuran karena meyakini anaknya telah disunat jin. “Datang dari main, kalau orang Jawa bilang dari barongan, seperti habis main di hutan bambu belakang rumah,” ujar dr Budi dalam konferensi pers virtual, Senin (25/9/2023).

Kondisi penis memang terlihat seperti sudah terbuka atau sudah disunat, padahal itu justru ada sesuatu yang berbahaya. Pada hakekatnya, kondisi penis seperti itu menunjukkan suatu kelainan, kondisi abnormal yang terjadi pada penis akibat tindakan tertentu.

Tindakan tertentu ini seperti anak-anak kecil bermain dengan penisnya atau sedang bermain dengan teman-temannya, secara tidak sengaja meretraksi atau membawa kulupnya ke arah belakang, sampai kemudian tidak bisa kembali. Kondisi seperti itu disebut sebagai parafimosis.

Penis akan mengalami pembengkakan akibat manipulasi preputium penis (kulup penis), yang diretraksi ke arah cranial melewati sulcus coronarius glans penis dan tidak bisa dikembalikan ke arah caudal. “Kalau masih awal, itu masih bisa dikembalikan. Akan tetapi karena kesalahpahaman dari keluarga pasien karena menyebut itu sudah disunat jin, padahal itu tertarik ke arah belakang, itu sangat membahayakan. Kalau didiamkan itu bisa bengkak, dan kalau didiamkan terus bisa menyebabkan kerusakan pada penis,” kata dr Budi.

Sebagai pertolongan pertama pada pasien parafimosis, bisa dilakukan dengan kompres air dingin untuk mengurangi bengkak pada penis dan meminum obat antinyeri yang aman bila tidak ada alergi atau kontraindikasi. Setelah itu, segera bawa ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan.

Parafimosis tidak hanya terjadi pada anak-anak, ini juga bisa terjadi pada laki-laki dewasa yang belum disunat. Dr Budi juga memaparkan cara agar terhindar dari parafimosis bagi laki-laki yang belum disunat:

1. Bersihkan penis secara teratur dengan sabun dan air mengalir.

2. Menghindari zat-zat yang menyebabkan iritasi serta pemakaian baju yang terlalu ketat.

3. Menghindari retraksi yang lama pada kulup penis setelah berhubungan suami istri, setelah pembersihan atau setelah miksi, yang menyebabkan nyeri dan bengkak pada penis.

4. Setelah prosedur medis dan pemeriksaan medis pada kulup penis, sesegera mungkin untuk mengembalikan ke posisi semula.

Selain parafimosis, kondisi lain yang kerap disebut sunat jin adalah hipospadia, kelainan bawaan yang biasanya terjadi pada bayi yang baru lahir. Seperti diketahui, saat ini masih banyak ibu yang melahirkan di dukun atau tenaga kesehatan yang belum terlatih dengan baik.

“Biasanya mereka yang lahiran di dukun, secara keilmuan masih kurang. Sehingga ketika lahir disebut ‘Oh iya ini sudah disunat jin ketika di dalam rahim’,” kata dr Budi.

Hipospadia merupakan kegagalan pertumbuhan penis yang ditandai dengan trias hipospadia yakni berupa penis yang bengkak, muara saluran kencing ada di bawah, dan kulup yang mengumpul di ventral atau punggung penis. Kondisi ini memerlukan pembedahan khusus.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement