REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Aliansi Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menggelar aksi simbolis di sekitaran Bundaran UGM, Senin (25/9/2023). Dalam aksi tersebut mereka menuntut penyelesaian kasus HAM berat yang terjadi di Indonesia.
"Sebetulnya, Aliansi Mahasiswa UGM demo berkaitan dengan September hitam, hari ini kita juga melihat banyak fenomena yang hadir di negara kita yaitu berkaitan dengan kasus-kasus HAM berat. Kemarin ada di Riau, lalu yang deket dengan kita juga ada dengan Wadas," kata Humas Aliansi Mahasiswa UGM, Zidan.
Selain itu Zidan mengungkapkan, aksi tersebut juga membuktikan bahwa gerakan mahasiswa di UGM masih eksis. Ia mengatakan sebagian besar aksi diikuti oleh mahasiswa baru UGM. "Saya rasa ini menjadi sebuah gerakan UGM yang masih terjaga," tegasnya.
Mahasiswa UGM lainnya, Ahmad, mengatakaan aksi tersebut menyampaikan sejumlah tuntutan. Pertama, Aliansi Mahasiswa UGM menuntut aparat untuk menghentikan langkah-langkah represif yang dilakukan aparat kepada masyarakat.
"Kedua, menyelidiki tindakan aparat terkait tindakan represif yang terjadi akhir-akhir ini," ungkapnya.
Mereka juga menuntut agar pihak yang berwenang mengadili aparat yang melakukan tindakan represif terhadap warga dengan hukum yang seadil-adilnya.
Mahasiswa juga menuntut agar aparat menghentikan produksi dan penggunaan gas air mata sebagai senjata pengendali massa. "Empat tuntutan tadi adalah tuntutan yang kita arahkan kepada negara," kata dia.
Massa memulai aksi sekitar pukul 16.00 WIB. Selain orasi, aksi diisi dengan kegiatan pembacaan puisi. Maasa aksi juga menghadirkan mahasiswa yang didandani menyerupai pocong sebagai simbol matinya keadilan.