Senin 25 Sep 2023 22:27 WIB

Bahaya Memusuhi dan Menyakiti Hati Waliyullah, Ini Penjelasannya

Waliyullah merupakan orang-orang mulia.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi berdzikir yang merupakan kebiasaan waliyullah.
Foto: ANTARA/Basri Marzuki
Ilustrasi berdzikir yang merupakan kebiasaan waliyullah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap orang yang beriman diwajibkan kepadanya sejumlah amalan fardhu. Amalan fardhu merupakan amalan yang lebih utama daripada sunnah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda,

Baca Juga

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : «إنَّ اللهَ قال: مَن عادى لي وليًّا فقد آذنتُه بالحرب، وما تقرَّب إليَّ عبدي بشيء أحب إليَّ مما افترضتُ عليه، وما يزال عبدي يتقرَّب إليَّ بالنوافل حتى أحبَّه، فإذا أحببتُه: كنتُ سمعَه الذي يسمع به، وبصرَه الذي يُبصر به، ويدَه التي يبطش بها، ورجلَه التي يمشي بها، وإن سألني لأعطينَّه، ولئن استعاذني لأُعيذنَّه، وما تردَّدتُ عن شيء أنا فاعلُه تردُّدي عن نفس المؤمن، يكره الموتَ وأنا أكره مساءتَه».

“Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, “Barangsiapa yang memusuhi waliKu, maka Aku telah menyatakan perang dengannya. Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dengan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan nawafil (sunnah) hingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar. (Aku akan menjadi) penglihatannya yang dengannya ia melihat. (Aku akan menjadi) tangannya yang dengannya ia memukul. (Aku akan menjadi) kakinya yang dengannya ia berjalan. Jika ia meminta kepada-Ku, niscaya Aku akan memberinya. Jika ia meminta perlindungan kepada-Ku, niscaya Aku akan melindunginya. Tidaklah Aku ragu untuk berbuat sesuatu seperti keraguan-Ku untuk mencabut nyawa seorang mukmin, ia membenci kematian sedangkan Aku tidak suka menyakitinya.” (HR Bukhari Juz 5 : 6137)

Seperti dikutip dari Syarah 10 Hadits Qudsi Pilihan disusun Abu Hafizhah Irfan, Disebutkan dalam hadits di atas,

وما تقرَّب إليَّ عبدي بشيء أحب إليَّ مما افترضتُ عليه،

“Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku cintai dengan apa yang telah Aku wajibkan kepadanya.” 

Berdasarkan keterangan pada hadits di atas maka amalan fardhu lebih utama daripada amalan sunnah, meskipun amalan fardhu tidak disebutkan fadhilah (keutamaan)nya. Jika ada seorang muslim yang melakukan amalan fardhu dengan sempurna, maka itu sudah cukup untuk dapat memasukkannya ke dalam surga. 

Sebagaimana diriwayatkan dari Jabir radhiyallahuanhu, ia berkata,

أنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسولَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عليه وسلَّمَ، فقالَ: أرَأَيْتَ إذا صَلَّيْتُ الصَّلَواتِ المَكْتُوباتِ، وصُمْتُ رَمَضانَ، وأَحْلَلْتُ الحَلالَ، وحَرَّمْتُ الحَرامَ، ولَمْ أزِدْ علَى ذلكَ شيئًا، أأَدْخُلُ الجَنَّةَ؟ قالَ: نَعَمْ، قالَ: واللَّهِ لا أزِيدُ علَى ذلكَ شيئًا

“Seseorang bertanya kepada Rasulullah ﷺ, “Bagaimana pendapatmu jika aku melaksanakan shalat yang fardhu, berpuasa Ramadhan, menghalalkan yang halal serta mengharamkan yang haram, dan aku tidak menambah sedikit pun, apakah aku akan masuk Surga?” Rasulullah ﷺ bersabda, “Ya.” Orang tersebut mengatakan, “Demi Allah, aku tidak akan menambah (dari yang fardhu tersebut) sedikit pun” (HR Muslim).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement