Rabu 27 Sep 2023 12:38 WIB

Teknologi AI untuk Deteksi Kebakaran Hutan, Seperti Apa?

Pemadam kebakaran di California menguji sistem AI untuk mendeteksi asap.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Natalia Endah Hapsari
Microsoft mengungkap penggunaan teknologi AI untuk mendeteksi asap/ilustrasi
Foto: Pexels
Microsoft mengungkap penggunaan teknologi AI untuk mendeteksi asap/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Perubahan iklim yang terjadi saat ini turut meningkatkan risiko terjadinya kebakaran hutan. Siapa sangka, kehadiran kecerdasan buatan atau AI bisa menjadi bagian dari solusi untuk menangani permasalahan kebakaran hutan ini.

Saat ini, teknologi AI sudah diterapkan dalam beberapa bidang yang berkaitan dengan penanggulangan kebakaran hutan. Petugas pemadam kebakaran dan perusahaan rintisan misalnya, memanfaatkan kamera yang mampu memindai tanda-tanda kemunculan asap dengan menggunakan AI.

Baca Juga

Di Jerman, sebuah perusahaan juga membangun konstelasi satelit untuk mendeteksi kebakaran hutan dari angkasa. Tak hanya itu, perusahaan teknologi raksasa Microsoft turut menggunakan model AI untuk memprediksi lokasi kemunculan kebakaran hutan di masa mendatang.

Sedangkan di California, badan pemadam kebakaran setempat juga sudah mulai mengetes sistem AI yang bisa mendeteksi asap. Sistem AI ini disematkan pada lebih dari 1.000 kamera yang terletak di puncak gunung.

Sistem ini dilatih untuk mendeteksi ketidaknormalan lalu memberikan peringatan kepada pusat-pusat komando darurat. Nantinya, operator dapat memantau kondisi dari layar. Bila dirasa perlu, operator dapat meminta petugas untuk pergi ke lokasi dan mengonfirmasi apakah ketidaknormalan tersebut berasal dari asap atau hal lain yang ada di udara.

"Keunggulan (sistem AI ini) adalah (temuan yang abnormal) akan langsung muncul di layar dan petugas operator atau penerima panggilan dapat mencari informasi dari layar tersebut," jelas staf ketua intelijen California Department of Forestry And Fire Protection, seperti dilansir Japan Today, pada Rabu (27/9/23).

Pemanfaatan teknologi AI dalam memantau sumber api memang masih memerlukan konfirmasi dari manusia, dalam hal ini adalah operator dan petugas pemadam. Meski begitu, sistem ini bisa sangat meringankan tugas para operator dan petugas pemadam dalam memantau layar dan kamera yang berjumlah sangat banyak. Dengan sistem ini, para operator dan petugas hanya perlu memantau layar dan kamera yang dinilai tidak normal oleh sistem AI.

Rintisan asal San Francisco, Pano AI, juga menggunakan pendekatan yang sama yaitu menyematkan teknologi AI pada kamera-kamera di menara seluler. Kamera tersebut nantinya bisa mendeteksi asap dan memberikan peringatan kepada banyak pihak, termasuk konsumen dan departemen pemadam kebakaran.

Kamera tersebut menggunakan jenis AI yang dikenal dengan nama computer vision machine learning. Jenis AI ini telah dilatih secara spesifik untuk mendeteksi asap dan membedakan asap dengan yang bukan asap. "Kami melatihnya dengan gambar asap dan gambar bukan asap," ujar CEO Pano AI Sonia Kastner.

Kastner mengungkapkan bahwa selama ini petugas lebih bergantung pada laporan dan kesaksian masyarakat mengenai keberadaan asap yang diduga merupakan kebakaran hutan. Namun bisanya, hanya satu dari 20 laporan yang terbukti benar-benar berkaitan dengan kebakaran hutan. Sisanya, "asap" yang dilihat oleh masyarakat hanyalah awan, kabut, atau asap dari barbecue.

Senior vice president of energy delivery dari Portland General Electric (PGE), Larry Bekkedahl, juga menilai pentingnya peran teknologi dalam upaya penanggulangan kebakaran hutan. Bekkedahl mengungkapkan bahwa petugas pemadam kebakaran selama ini umumnya berlari ke berbagai area kebakaran hutan untuk mencari sumber api, tanpa benar-benar mengetahui lokasi pastinya.

"Kamera (dengan sistem AI) membantu mendeteksi kebakaran lebih cepat dan memungkinkan tim mencapai area dengan lebih cepat, memangkas waktu respons hingga dua jam," ujar Bekkedahl.

Perusahaan rintisan asal Jerman, OroraTech, juga mengembangkan teknologi AI untuk mendeteksi kebakaran hutan. OroraTech belum lama ini luncurkan dua satelit mini berukuran seperti kotak sepatu pada orbit rendah bumi, yaitu sekitar 550 km di atas permukaan bumi.

Perusahaan ini berharap dapat menciptakan konstelasi satelit yang mampu membantu mendeteksi kebakaran hutan. Oleh karena itu, OroraTech berencana akan meluncurkan delapan satelit mini lagi pada tahun depan dan berharap bisa meluncurkan total 100 satelit mini ke angkasa. "Ada algoritma pada satelit, yang sangat spesifik untuk mendeteksi kebakaran dengan lebih cepat," ujar CEO OroraTech Thomas Gruebler.

Kepala data scientist Microsoft, Juan Lavista Ferres, mengungkapkan bahwa memanfaatkan AI untuk mendeteksi asap dari kebakaran merupakan hal yang relatif mudah. Yang menjadi tantangan adalah memiliki cukup banyak kamera untuk memantau berbagai area yang berpotensi mengalami kebakaran hutan, khususnya area-area yang jauh atau terpencil.

Tentu, sistem AI untuk mendeteksi kebakaran hutan masih memiliki keterbatasan. Sebagai contoh, sistem ini tidak bisa memprediksi kejadian alam yang acak dan berpotensi menyebabkan kebakaran hutan, seperti sambaran petir.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement