REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Pemerintah Turki tengah menjajaki penguatan kerja sama bidang pendidikan, kesehatan, hingga berbagai usaha memajukan umat dan peradaban Islam modern di tingkat global.
"Kami Muhammadiyah sudah banyak komunikasi dan kolaborasi dengan Turki sejak lama dan ini menegaskan hubungan Turki dengan Muhammadiyah harus kita tingkatkan," ujar Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat menerima kunjungan Duta Besar Turki untuk Republik Indonesia, Talip Kucukcan, di Gedung Dakwah Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (26/9/2023).
Menurutnya, Turki merupakan role model ideal pertemuan antara Islam dan modernitas yang bahkan bisa bersaing dengan negara-negara maju di Eropa. Besarnya potensi kekuatan kaum Muslimin di Indonesia dan Turki, kata Haedar, diharapkan menjadi modal untuk menyatukan kembali persatuan di antara dunia Islam.
"Turki dan Indonesia perlu mengambil peran menyatukan dunia Islam yang sempat terpecah oleh peristiwa Arab Spring," kata dia.
Selain membahas peluang peningkatan kerja sama di bidang pendidikan dan kesehatan, Haedar juga menyampaikan umat Islam masih memiliki utang peradaban, yaitu soal kalender Islam global.
"Kita punya utang peradaban karena sampai saat ini belum punya kalender global. Karena itu peran Turki sangat penting untuk menuju ke situ," kata Haedar.
Duta Besar Turki untuk Republik Indonesia Talip Kucukcan menyampaikan pesan salam dari Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Ia berharap ada kerja sama berkelanjutan antara Turki dan Muhammadiyah
"Ada amanat dari Bapak Presiden (Erdogan) semoga di masa depan ada kerja sama dan program berkelanjutan antara Turki dengan Muhammadiyah," kata dia.
Ditemani Third Secretariat Muhammad Kilinc, Dubes Talip Kucukcan menyampaikan undangan bagi Muhammadiyah untuk hadir pada konferensi pendidikan internasional di Turki, bulan depan. Pemerintah Turki juga merekognisi peran meluas Muhammadiyah di bidang sosial, keumatan, dan kemanusiaan semesta.