REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Di saat seruan Rasulullah ﷺ terhadap kerabatnya menjadi bahan pembicaraan, turunlah wahyu Allah Ta'ala untuk mempertegas misi dakwah Rasulullah ﷺ kepada seluruh masyarakat.
Seperti dikutip dari Sejarah Hidup dan Perjuangan Rasulullah ﷺ disarikan dari kitab Ar-rahiqul Makhtum, ayat tersebut adalah :
فَاصْدَعْ بِمَا تُؤْمَرُ وَاَعْرِضْ عَنِ الْمُشْرِكِيْنَ
“Maka sampaikanlah olehmu secara.terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik" (QS. al-Hijr ayat 94)
Maka Rasulullah ﷺ semakin mempertegas misi dakwahnya kepada seluruh masyarakat Mekkah waktu itu. Beliau sampaikan segala borok kesyirikan, hakikat berhala-berhala yang disembah dan nilainya yang rendah. Beliau jelaskan bahwa siapa yang menyembahnya sebagai perantara antara dirinya dengan Allah Ta'ala adalah kesesatan yang nyata.
Mendengar hal tersebut, meledaklah kemarahan masyarakat Arab. Seruan Tauhid yang dibawa Rasulullah ﷺ, dan pernyataan sesat atas apa yang selama ini mereka perbuat terhadap berhala-berhala mereka, jelas membuat mereka terperangah penuh penolakan. Tak ubahnya bagai kilat yang menyambar, kemudian melahirkan guntur dan getaran hebat di tengah-tengah mereka.
Sikap mereka tersebut menunjukkan bahwa mereka memahami apa yang ada di balik misi keimanan yang dibawa Rasulullah ﷺ, yaitu menggugurkan semua bentuk penuhanan dan penyembahan yang selama ini telah mereka percaya.
Keimanan kepada Rasul dan hari akhir, berarti ketundukan mereka secara mutlak terhadap ketetapan dan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah ﷺ, tidak ada pilihan lain di hadapan mereka. Itu berarti pupusnya kekuasaan dan kesombongan yang selama ini mereka nikmati. Hilang juga kesempatan untuk melakukan berbagai bentuk kerendahan moral dan kezaliman yang selama ini dengan bebas mereka lakukan.
Sedemikian besar kemarahan masyarakat Quraisy terhadap misi dakwah Rasulullah ﷺ, namun mereka tetap kebingungan mengatasinya. Sebab yang mereka hadapi adalah Rasulullah ﷺ yang terkenal dengan akhlak mulia yang belum pernah mereka dapati orang semacam beliau dalam sejarah nenek moyang mereka.
Akhirnya mereka menempuh cara membujuk pamannya, Abu Thalib, untuk mencegah dakwah Rasulullah ﷺ. Mengingat kedudukannya dalam diri beliau ﷺ.
Namun Abu Thalib menolak permintaan mereka, sehingga Rasulullah ﷺ tetap dapat meneruskan dakwahnya.