Selasa 26 Sep 2023 17:45 WIB

Penemuan Kasus TBC Tahun Ini Cukup Tinggi, Kemenkes Optimalkan Pelacakan

Kemenkes optimalkan penemuan kasus TBC untuk memutus mata rantai penyebaran.

Tenaga kesehatan memberikan instruksi kepada warga saat pemeriksaan rontgen thorax.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Tenaga kesehatan memberikan instruksi kepada warga saat pemeriksaan rontgen thorax.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengoptimalkan pelacakan kasus tuberkulosis (TBC) guna memberikan pengobatan secara rutin selama enam bulan tanpa putus. "Tahun ini cukup tinggi penemuan kasus TBC," kata Staf Menteri Bidang Ekonomi Kesehatan Bayu Teja Muliawan saat penyerahan program Jaminan Kesehatan Nasional - Kartu Indonesia Sehat (JKN KIS) kepada masyarakat Badui di Lapangan Binong Kabupaten Lebak, Selasa (26/9/2023).

Kemenkes kini terus mengoptimalkan pelacakan untuk menemukan kasus TBC sehingga dapat memutuskan mata rantai penyebaran. Sebab, jika tidak ditemukan kasus tersebut dipastikan Indonesia belum bisa terbebas dari penularan TBC. 

Baca Juga

Karena itu, pihaknya bersama petugas kesehatan mulai dari puskesmas hingga dinas kesehatan kabupaten dan provinsi, relawan kesehatan, juga stakeholder terus melakukan pelacakan kasus TBC. Selain itu, Kemenkes juga mempersiapkan peralatan deteksi untuk pelacakan kasus TBC.

Kemenkes juga menyediakan obat-obatan di setiap puskesmas maupun fasilitas kesehatan untuk penanganan TBC. Penderita TBC bisa langsung mengambil obat di puskesmas maupun fasilitas kesehatan secara gratis.

Namun, mereka wajib meminum obat selama enam bulan tanpa putus. Sebab, kata dia, kasus TBC bisa disembuhkan dengan mematuhi minum obat selama enam bulan itu.

Dengan demikian, Kemenkes juga petugas kesehatan, kader kesehatan maupun keluarga sendiri mengawasi dan memantau penderita TBC agar patuh minum obat selama enam bulan tanpa putus.

"Kami meyakini, penyakit TBC bisa sembuh total jika mereka patuh minum obat selama enam bulan itu," katanya. 

Berdasarkan data Kemenkes jumlah penderita TBC dengan estimasi sebanyak 969.000 dan hasil pelacakan 700 ribu. "Kami optimistis Indonesia bisa segera terbebas dari TBC jika semua pelacakan kasus ditemukan," katanya.

Ketua Koordinator Sahabat Relawan Indonesia (SRI) Muhammad Arif Kirdiat mengatakan pihaknya belum lama ini melakukan skrining atau penapisan TBC di pemukiman Badui, yakni pada sebanyak 200 orang. Pelaksanaan penapisan TBC bekerja sama dengan Paguyuban Warga Banten (Puwnten), PT Krakatau Sarana Industri (KSI) dan RS Andalucia Serang. 

Penapisan dilakukan dengan peralatan X-Ray Artificial Intelligence untuk memberikan hasil diagnosis TBC yang lebih cepat dan lebih efisien untuk menurunkan prevalensi l. Di mana di masyarakat Badui cukup tinggi kasus penyakit TBC itu, sehingga perlu penanganan secara komprehensif dan berkelanjutan. 

Sebab, kata dia, jika tidak segera ditangani permasalahan penyakit TBC bisa menularkan kepada warga lainnya. Penapisan dengan target 200 warga Badui dan sekitarnya itu terutama kepada warga yang memiliki kontak erat dengan pasien TBC yang saat ini sedang didampingi organisasi itu. 

"Jika pemeriksaan miskrokopis ditemukan bakteri tahan asam (BTA) pada sampel dahak maka ditindaklanjuti dengan pengobatan anti TBC (OAT) selama enam bulan," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement