REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan bahwa ekonomi hijau merupakan salah satu upaya pemerintah untuk memperlambat krisis iklim.
"Tantangan ekonomi yang harus beradaptasi dengan krisis iklim ke depan adalah menggeser model ekonomi tradisional yang bergantung pada sumber daya fosil, dan memperkenalkan inovasi yang lebih berkelanjutan," kata Luhut saat menjadi pembicara kunci dalam diskusi "Green Industries for Green Economy" di Jakarta, Selasa (26/9/2023).
Ia mengatakan kekayaan alam Indonesia yang melimpah dapat dimanfaatkan untuk mendukung transisi ke ekonomi yang lebih hijau dalam menghadapi perubahan iklim (climate change) yang saat ini sedang terjadi.
Adapun di antaranya dilakukan melalui upaya dekarbonisasi sektor ketenagalistrikan dengan mengurangi penggunaan batu bara dan membangun energi terbarukan serta transmisi, dekarbonisasi industri melalui penyediaan bahan bakar alternatif, pengembangan industri ekonomi berbasis alam sebagai penyerap karbon, industri penangkapan dan penyimpanan karbon, hingga elektrifikasi sektor transportasi.
"Jadi kalau dilihat tadi downstreaming industry atau industrialisasi, digitalisasi, interkoneksi atau infrastruktur, distribusi ekonomi, dan juga tadi dekarbonisasi. Jadi kita bicara hari ini dekarbonisasi itu menjadi isu yang tentu pendidikan menjadi kunci dari semua," ujarnya.
Lebih lanjut Luhut mengungkapkan dalam satu dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah mengalami transformasi besar-besaran.
Pascapandemi COVID-19, perekonomian Indonesia tumbuh kuat didukung oleh pembangunan infrastruktur, hilirisasi sumber daya alam, dan program digitalisasi.
Ia menilai penerapan kebijakan hilirisasi selama ini terbukti memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia, baik melalui peningkatan nilai ekspor, kontribusi terhadap PDB, perbaikan neraca perdagangan, hingga pengembangan pusat pertumbuhan ekonomi baru di luar Pulau Jawa.
Ia menambahkan pentingnya industri yang lebih hijau tak dapat diabaikan dalam upaya mencegah krisis iklim, karena industri hijau tidak hanya mereduksi emisi gas rumah kaca dan dampak lingkungan lainnya, tetapi juga menghadirkan peluang ekonomi baru dan menciptakan lapangan kerja yang berkelanjutan.
"Dengan mengadopsi teknologi dan praktik ramah lingkungan, industri dapat bergerak menuju energi terbarukan, pemakaian sumber daya yang lebih efisien dan proses produksi yang lebih bersih," ujarnya.