Rabu 27 Sep 2023 06:33 WIB

Mengapa Umat Islam Harus Memperingati Maulid Nabi?

Maulid Al-Nabawi secara tradisional dirayakan Muslim Sunni setiap 12 Rabi' al-Awwal.

Rep: Mabruroh/ Red: Fernan Rahadi
Perayaan Maulid Nabi (ilustrasi).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Perayaan Maulid Nabi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Perayaan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW tahun ini di seluruh dunia Muslim akan diperingati pada hari Rabu 27 September 2023. Banyak negara dengan populasi mayoritas Muslim akan merayakan Milad Nabi Muhammad bahkan menjadikan sebagai hari libur nasional.

Dilansir dari New Arab, pada Rabu (27/9/2023), peringatan Maulid Nabi kerap dirayakan karena dianggap sebagai peristiwa penting yang memperingati kehidupan dan warisan tokoh terpenting dalam agama Islam.

Baca Juga

Ulang Tahun Nabi, atau Maulid Al-Nabawi, secara tradisional dirayakan oleh Muslim Sunni pada setiap tanggal 12 Rabi' al-Awwal, atau bulan ketiga dalam kalender Hijriyah. Meskipun kelompok lain meragukan apakah ini adalah tanggal pastinya atau tidak, karena Muslim Syiah merayakan pada tanggal 17 Rabi' al-Awwal.

Tahun Hijriyah adalah bulan dengan bulan-bulan dimulai ketika bulan sabit pertama muncul atau bulan baru terlihat. Kalender Hijriyah dan Masehi terjadi perbedaan antara 11 hingga 12 lebih pendek dari kalender Masehi.

Namun, tidak semua umat Islam setuju bahwa Ulang Tahun Nabi harus dirayakan. Khususnya Muslim Wahabi dan Salafi yang dengan gigih tidak setuju bahwa perayaan harus dilakukan dengan mengatakan bahwa hal tersebut bukan merupakan bagian dari agama Islam.

Menurut interpetasi Salafi dan Wahabi, merayakan Mawlid adalah bentuk bid'ah atau inovasi yang tidak diakui dalam Alquran. Di Arab Saudi, di mana Wahabisme adalah interpretasi Islam yang dominan, Ulang Tahun Nabi tidak diakui sebagai hari libur nasional.

Perayaan Ulang Tahun Nabi dapat ditelusuri kembali ke tulisan Jamal Al-Dib ibn al-Ma’mun yang meninggal 587 AH/1192 Masehi. Tercatat bahwa pada abad ke-11 Masehi, perayaan ulang tahun Nabi telah mendapatkan popularitas di Mesir dan pada abad ke-12 dianut oleh orang-orang di daerah lain seperti Turki, Maroko, Suriah, dan Spanyol.

Saat ini, ada berbagai bentuk peringatan. Kelompok sufi di Mesir memasuki beberapa masjid paling terkenal di negara itu untuk melakukan apa yang dikenal sebagai Halaqat al-Dhikr atau lingkaran peringatan. Dalam lingkaran-lingkaran ini, para sufi melafalkan puisi-puisi agama dan nasyid untuk memuji Tuhan dan Nabi Muhammad.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement