REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Nama calon presiden (Capres) Prabowo Subianto disebut terlebih dahulu oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam acara Jambore Nasional Dai Desa Madani Persatuan Muslim Indonesia (Parmusi) yang diselenggarakan di Cianjur, Jawa Barat beberapa waktu lalu.
Hal itu disinyalir menjadi indikasi arah politik Presiden Jokowi. Menaggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif IndoStrategic, Ahmad Khoirul Umam, meyakini penyebutan nama capres oleh Presiden Jokowi itu bukan sekadar spontanitas.
Dia menambahkan, penyebutan nama Prabowo pertama kali oleh orang nomor satu di Indonesia tersebut merepresentasikan kekuatan para pendukung di Parlemen.
“Di mana, di atas kertas, Prabowo memiliki kekuatan dukungan berbasis kursi parlemen dari partai-partai pengusungnya, dengan akumulasi 45 persen, lalu dukungan partai terhadap Anies sebesar 29 persen dan Ganjar sebesar 25 persen,” kata Khoirul dalam keterangannya, Rabu (27/9/2023).
Khoirul menambahkan, Prabowo menjadi preferensi politik Presiden Jokowi dalam menatap kepemimpinan Indonesia ke depan.
Terlebih, mantan Gubernur DKI Jakarta ini tidak hanya kali ini saja memberikan sinyal dukungan kepada Prabowo.
Sebelumnya, dalam acara HUT ke-8 Perindo, Presiden Jokowi secara gamblang menyatakan selanjutnya giliran dari Prabowo untuk memimpin Indonesia.
“Di sisi yang lain, penyebutan nama pertama capres juga bisa mengindikasikan arah preferensi politik Presiden Jokowi,” lanjutnya.
Baca juga: Temuan Peneliti Amerika Serikat dan NASA Ini Buktikan Kebenaran Alquran tentang Kaum Ad
Sebelumnya, Presiden Jokowi di dalam acara tersebut mengingatkan berbeda pilihan politik adalah hal yang wajar dan biasa. Dia juga mempersilakan agar masyarakat memilih tiga capres yang ada saat ini.
Presiden Jokowi mengingatkan hal tersebut lantaran melihat situasi dan kondisi politik jelang Pilpres 2024 yang sudah mulai menghangat. Dia mengingatkan kepada semua masyarakat agar menjaga suasana politik jelang Pilpres 2024 tetap aman serta kondusif.
“Sudah masuk tahun politik, saya titip karena sudah mulai hangat, meskipun itu biasa dalam pesta demokrasi, entah itu pilpres, pemilu, anget itu biasa, tapi harus diantisipasi sedini mungkin agar tidak terjadi pembelahan dan perpecahan agar terus terjaga suasana yang damai, agar juga pembangunan di desa juga terus bisa berjalan, tidak terganggu karena urusan politik,” kata Presiden Jokowi.
“Bahwa perbedaan pilihan itu wajar. Mau milih Pak Prabowo silakan, mau pilih Pak Anies silakan, mau pilih Pak Ganjar silakan. Perbedaan pilihan itu wajar, nggak perlu diributkan, menang dan kalah dalam pemilu dalam pilpres, pilkada itu juga wajar, biasa,” kata dia.