Kamis 28 Sep 2023 12:22 WIB

Tradisi Garebeg Maulud, Warga Padati Kawasan Masjid Gedhe Yogyakarta

Garebeg Maulud tahun ini diawali iring-iringan bregada prajurit dan tujuh gunungan.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Yusuf Assidiq
Suasana pelaksanaan Grebeg Maulud Keraton Yogyakarta di kawasan Masjid Gedhe Kauman, Kamis (28/9/2023).
Foto: Febrianto Adi Saputro
Suasana pelaksanaan Grebeg Maulud Keraton Yogyakarta di kawasan Masjid Gedhe Kauman, Kamis (28/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dalam rangka memperingati Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW, Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat melaksanakan Garebeg Maulud di Kagungan Dalem Masjid Gedhe Keraton Yogyakarta, Kamis (28/9/2023). Berdasarkan pantauan Republika.co.id, warga begitu antusias mengikuti perayaan Maulid Nabi kali ini, terlihat sejumlah warga sudah berkumpul di sekitaran Masjid Gedhe, sejak Kamis pagi.

Rusdi (24 tahun) mahasiswa asal Makassar, mengaku baru pertama kali melihat peringatan Maulid Nabi. Sebelumnya ia pernah mendengar perayaan yang rutin diadakan keraton tersebut. "Baru kali ini lihat langsung, ramai," kata Rusdi.

Kesan serupa juga disampaikan, Titi (35 tahun). Titi bersama anaknya sengaja menyempatkan diri untuk melihat tradisi tersebut. "Bagus sih, ini kan bentuk pelestarian budaya juga," ujarnya.

Pelaksanaan Garebeg Maulud tahun ini diawali dengan iring-iringan bregada prajurit dan tujuh gunungan. Gunungan yang berada di Bangsal Pancaniti Kamandungan Lor, akan dibawa oleh Kanca Abang melalui Regol Brajanala-Sitihinggil Lor-Pagelaran-keluar lewat barat Pagelaran menuju Masjid Gedhe.

"Di Masjid Gedhe, setelah didoakan, akan ada dua buah gunungan yang dibawa menuju Pura Pakualaman dan kompleks kepatihan," kata Penghageng II KHP Widya Budaya KRT Rintaiswara.

Terdapat 10 bregas prajurit Keraton yang mengawal gunungan yakni Wirabraja, Dhaeng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Ketanggung, Mantrijero, Nyutra, Bugis, dan Surakarsa. Bregada Bugis akan mengawal gunungan hingga Kepatihan.

Sementara gunungan untuk Pura Pakualaman akan dikawal oleh p prajurit Pura Pakualaman yakni Dragunder dan Plangkir. Masyarakat terlihat menyaksikan dari trotoar. Anak-anak melambaikan tangan ke arah dua gajah dan seekor kuda yang ada di antara rombongan prajurit yang berjalan menuju Pura Pakualaman.

Terdapat lima jenis gunungan yang dibagikan pada prosesi pelaksanaan Garebeg Mulud. Kelima jenisnya adalah Gunungan Kakung, Gunungan Estri/Wadon, Gunungan Gepak, Gunungan Dharat, dan Gunungan Pawuhan.

"Gunungan tersebut akan dikeluarkan secara berurutan dari keraton sesuai dengan urutan tadi," kata Kanjeng Rinta.

Selama pelaksanaan Hajad Dalem Sekaten, Keraton Yogyakarta mengimbau masyarakat yang turut berpartisipasi untuk mengikuti rangkaian agenda hingga Garebeg Maulud untuk tertib.

Ada tiga Gunungan Kakung, masing-masing untuk Masjid Gedhe, Pura Pakualaman, dan Kepatihan. Sementara yang lainnya masing-masing berjumlah satu buah dan ikut dirayah di Masjid Gedhe, bersama dengan satu Gunungan Kakung.

"Penambahan dua Gunungan Kakung ini dilakukan pada masa kepemimpinan Sri Sultan Hamengku Buwono X," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement