Kamis 28 Sep 2023 12:50 WIB

Netanyahu Sebut akan Ada Lebih Banyak Pejabat Israel Kunjungi Saudi

Tak ada tanggapan resmi dari Saudi terkait pernyataan Netanyahu.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, akan ada lebih banyak pejabat Israel yang berkunjung ke Arab Saudi.
Foto: AP Photo/Susan Walsh
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, akan ada lebih banyak pejabat Israel yang berkunjung ke Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan, akan ada lebih banyak pejabat Israel yang berkunjung ke Arab Saudi. Hal itu disampaikan setelah Menteri Pariwisata Israel Haim Katz melawat ke Saudi untuk menghadiri acara yang diselenggarakan Organisasi Pariwisata Dunia PBB (UNWTO). Katz hadir di tengah menguatnya isu tentang normalisasi diplomatik antara Saudi dan Israel.

“Kemarin, seorang menteri Israel, rekan kita, Haim Katz, mendarat di Arab Saudi, dan akan ada kunjungan tambahan (ke Saudi oleh pejabat Israel) segera,” kata Netanyahu dalam rapat kabinet, seperti dikutip dalam keterangan yang dirilis kantor perdana menteri Israel, Rabu (27/9/2023), dilaporkan laman Middle East Monitor.

Baca Juga

Netanyahu tidak memberi penjelasan lebih lanjut tentang kunjungan berikutnya oleh pejabat Israel ke Saudi. Dalam rapat kabinet, Netanyahu mengatakan, pesawat-pesawat Israel telah terbang di atas Saudi selama beberapa tahun. Kedua negara juga sudah membicarakan tentang menghubungkan infrastruktur.

"Semua ini terdengar khayalan. Hal ini tidak terjadi dengan sendirinya. Hal ini terjadi karena kita perlu menghabiskan waktu bertahun-tahun melawan konsep tersebut dan meyakinkan banyak dari kita, pertama-tama, dan kemudian banyak teman kita, terutama di Amerika, untuk melewati veto Palestina," kata Netanyahu.

Tak ada tanggapan resmi dari Saudi terkait pernyataan Netanyahu. Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB pada 22 September lalu, Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB, Netanyahu membahas tentang perkembangan normalisasi diplomatik Israel dengan dunia Arab. Dia mengatakan, Palestina tidak berhak melarang perjanjian perdamaian negara-negara Arab dengan Israel. “Lebih banyak perdamaian antara Israel dan negara-negara Arab akan meningkatkan prospek terciptanya perdamaian antara Israel dan Palestina,” ujarnya.

Kendati demikian, Netanyahu menambahkan, hal itu tidak berarti memberikan “hak veto” kepada Palestina atas negara-negara Arab yang membangun normalisasi diplomatik dengan Israel. Pada kesempatan itu, Netanyahu pun menyinggung tentang Abraham Accords, yakni kesepakatan perdamaian Israel dengan Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA), Sudan, dan Maroko yang tercapai pada 2020. “Abraham Accords menandai dimulainya era baru perdamaian,” ucapnya.

Dia kemudian mengutarakan optimisme bahwa Israel dapat menjalin normalisasi diplomatik dengan Arab Saudi. “Saya yakin kami sedang berada di titik puncak terobosan yang lebih dramatis; perdamaian bersejarah antara Israel dan Arab Saudi,” ujar Netanyahu.

Netanyahu memuji mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump karena telah berperan besar dalam menjembatani kesepakatan Abraham Accords. Sementara untuk kepentingan normalisasi dengan Saudi, Netanyahu berharap Israel dapat memperoleh bantuan dari pemerintahan Presiden Joe Biden. “Saya yakin kami bisa mencapai perdamaian dengan Arab Saudi dengan kepemimpinan Presiden Biden,” katanya.

Israel terus bicara tentang normalisasi....

sumber : AP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement