REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bursa cawapres untuk Ganjar Pranowo terus menghangat. Namun, pengamat politik, Dedi Kurnia Syah merasa, baik PDIP maupun Megawati memiliki kecenderungan memilih tokoh-tokoh dari Nahdlatul Ulama sebagai cawapres.
"Megawati Soekarnoputri dan PDIP memang punya kecenderungan memilih tokoh NU sebagai cawapres," kata Dedi kepada Republika, Kamis (28/9).
Hal ini bisa dilihat dari sejarah politik PDIP dan Megawati sendiri, terutama dalam kontestasi pilpres. Terlebih, capres dari poros lain, Anies Baswedan, sudah lebih dulu menggaet tokoh NU sebagai cawapres.
Tepatnya, Muhaimin Iskandar yang tidak cuma Ketua Umum PKB tapi merupakan pula tokoh NU. Dedi berpendapat, masuknya Cak Imin ke Koalisi Perubahan tentu saja mengurangi porsi pemilih NU di Pilpres 2024.
Di sisi lain, dia melihat, Ketua Umum PBNU saat ini, KH Yahya Cholil Staquf, cenderung lebih dekat ke PDIP dibandingkan ke PKB. Bahkan, secara terang-terangan sudah menolak NU dikaitkan dengan PKB.
"Ini menyiratkan jika PDI Perjuangan berpeluang kembali menggaet tokoh Nahdlatul Ulama (NU), utamanya dari kalangan sepuh," ujar Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) tersebut.
Saat ini, beberapa nama-nama populer memang masih menghangatkan bursa cawapres dari poros Ganjar Pranowo. Selain tokoh-tokoh nasionalis, ada pula tokoh-tokoh NU atau yang selama ini dinilai sangat dekat dengan NU.
Terakhir, Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, cuma memberikan kode-kode kalau cawapres Ganjar Pranowo Mr X dan Mrs Y. Banyak yang menilai tokoh-tokoh yang dimaksud Mahfud MD dan Khofifah Indar Parawansa.