Kamis 28 Sep 2023 19:41 WIB

Taiwan: Cina Tahu Ancaman Militer Tidak Akan Berhasil Intervensi Pemilu

Beijing mengklaimTaiwan bagian dari wilayahnya.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
Bendera Taiwan-China
Bendera Taiwan-China

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu mengatakan pemimpin Cina tahu mengguncang Taiwan dengan memaksakan hasil pemilihan sesuai keinginannya tidak akan berhasil. Wu menambahkan karena itu Cina tidak akan melakukan aksi yang sama.

Beijing mengklaim pulau itu bagian dari wilayahnya. Cina tidak pernah membuang kemungkinan menggunakan kekuatan untuk memaksa Taiwan kembali ke bawah kekuasaannya.

Baca Juga

Pada tahun 1996, Cina menembakan rudal ke Selat Taiwan untuk mengintimidasi pemilih di pulau itu agar tidak memilih Lee Teng-hui sebagai presiden. Beijing tidak menyukai Lee karena pandangannya terhadap kemerdekaan Taiwan.

Tembakan itu memicu apa yang disebut Krisis Selat Taiwan Ketiga. Dimana Angkatan Laut AS menunjukkan kekuatannya di selat. Lee akhirnya menang telak dalam pemilihan umum.

Taiwan akan menggelar pemilihan presiden dan perlemen pada bulan Januari mendatang. Jajak pendapatan menunjukkan Wakil Presiden William Lai dari Partai Progresif Demokrasi yang berkuasa menjadi kandidat unggulan pemimpin Taiwan berikutnya.

"Belajar dari sejarah semakin Cina menggunakan kekuatan untuk mengintervensi pemilihan kami, maka akan menjadi bumerang, dan saya pikir pemimpin-pemimpin Cina sangat mengetahui hal itu," kata Wu dalam konferensi pers di Taipei, Kamis (28/9/2023).

"Jadi, tampaknya mereka tidak akan melakukan ancaman besar pada Taiwan atau apa pun dalam waktu dekat karena rakyat Taiwan menyadari mereka mencoba mengintervensi pemilihan kami," tambahnya.

Kantor Urusan Taiwan Pemerinta Cina belum segera menanggapi permintaan komentar. Kantor itu kerap menyerang Lai karena pernyataan-pernyataannya yang mendukung kemerdekaan Taiwan. Lai mengatakan ia tidak pernah berniat mengubah status quo, dan berulang kali menawarkan Beijing berdialog.

Selama tiga tahun terakhir Cina meningkatkan aktivitas militernya di sekitar Taiwan. Termasuk menggelar latihan perang, dan bulan lalu terakhir Beijing menggelar latihan militer yang bertujuan untuk melawan "arogansi" pasukan separatis.

Wu mengatakan Cina mempersiapkan kemungkinan serangan terhadap Taiwan. Termasuk bagaimana pasukan angkatan bersenjata Cina atau Tentara Pembebas Rakyat (PLA) menghadapi intervensi AS.

"Jadi skalanya meningkat," kata Wu.

Ia menambahkan pihak-pihak lain di kawasan seperti AS, Jepang dan Australia sudah memantau pergerakan Cina. Pekan lalu kementerian pertahanan Taiwan mengambil langkah tidak biasa dengan memberikan rincian lebih detail mengenai latihan militer Cina di Provinsi Fujian yang terletak di seberang pulau Taiwan.

Kementerian Pertahanan Taiwan biasanya hanya memberikan komentar mengenai aktivitas militer Cina di sekitar wilayahnya. Di Beijing, juru bicara Kementerian Pertahanan Cina Wu Qian mengatakan Taiwan mencoba menunjukkan betapa akuratnya informasi mereka.

"Benar atau tidaknya, mari tunggu dan lihat saja," katanya, tanpa menjelaskan lebih lanjut. 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement