Jumat 29 Sep 2023 17:02 WIB

Menko Muhadjir: Maulid Nabi Bukan Sekadar Tradisi Seremonial

Kita harus meneladani sikap lemah lembut dan penuh toleransi Baginda Nabi

Rep: Rizky Suryarandika/Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Menko PMK Muhadjir Effendy merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Kamis (29/9/2023).
Foto: Republika.co.id
Menko PMK Muhadjir Effendy merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Kamis (29/9/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menko PMK Muhadjir Effendy memberikan syiar pada acara Tablig Akbar Gebyar Syiar Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, pada Kamis (28/9/2023). Menurut Muhadjir, Maulid Nabi merupakan momen penuh makna, bukan hanya sekadar perayaan atau tradisi. 

"Ini adalah saat kita memahami dan merenungkan ajaran-ajaran luar biasa yang diberikan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada umat manusia. Ajaran-ajaran ini tidak hanya relevan pada zamannya, tetapi juga tetap relevan dan penting bagi kita saat ini, dalam semua aspek kehidupan kita," kata Muhadjir dalam keterangan pers di Jakarta, Jumat (29/9/2023). 

Muhadjir menyebut, peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu hari penting yang diperingati setiap tahun. Tradisi tersebut telah dimulai sejak dahulu dan mengakar menjadi tradisi dengan bentuk perayaannya masing-masing.

"Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW harus diisi dengan bersungguh-sungguh meneladani beliau," ujar Muhadjir. 

Dia menyebut, Rasulullah adalah pembimbing yang menunjukkan jalan menuju kebaikan, kedamaian, dan kebahagiaan sejati. Muhadjir mengajak, kaum Muslim menjadikan Rasul teladan yang patut diikuti dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari akhlak yang mulia, hingga cara berinteraksi dengan sesama manusia dan lingkungan sekitar kita.

"Kita harus meneladani sikap lemah lembut dan penuh toleransi Baginda Nabi, sehingga selalu mengutamakan persatuan. Oleh sebab itu, kita harus menyudahi perdebatan hukum pelaksanaan maulid," ujar eks mendikbud tersebut.

Muhadjir juga mengingatkan kepada seluruh umat akan siklus kehidupan manusia melalui momentum Maulid Nabi Muhammad SAW. Terdapat aksioma, puncak kejayaan umat akan digilir oleh Allah SWT di antara umat manusia.

Aksioma tersebut diperoleh dari surat Ali Imran ayat 144, yang menyatakan, secara umum, Nabi Muhammad SAW adalah manusia biasa, dan menjadi istimewa karena beliau diutus menjadi Rasul. "Dan kalau kemudian Rasulullah SAW meninggal lalu semua orang murtad, maka tidak akan memengaruhi wibawa Allah SWT sama sekali," ujar Muhadjir.

Dalam acara Gebyar Syiar Maulid Nabi Muhammad SAW tersebut, Muhadjir mengajak untuk merenungkan pesan-pesan dan ajaran-ajaran Rasulullah SAW yang abadi. Pesan tentang cinta kasih, persatuan, keadilan, dan perdamaian yang menjadi pijakan bagi kehidupan. 

"Ini adalah saat yang tepat untuk kita memperdalam pemahaman kita tentang Islam sebagai agama yang rahmatan lil 'alamin, rahmat bagi seluruh alam semesta," ujar Muhadjir. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement