Jumat 29 Sep 2023 19:16 WIB

Komunitas Dosen dan Tendik UGM Distribusikan 93 Tangki Air Bersih ke Gunungkidul

Sebanyak 14 dari 18 Kecamatan di wilayah Gunungkidul mengalami krisis air bersih.

Komunitas Dosen dan Tenaga Kependidikan (Tendik) Universitas Gadjah Mada menyalurkan bantuan air bersih di empat desa di tiga kecamatan di wilayah Kabupaten Gunungkidul, Kamis (28/9/2023). Ketiga kecamatan tersebut adalah Kecamatan Panggang, Saptosari, dan Rongkop.
Foto: Humas UGM
Komunitas Dosen dan Tenaga Kependidikan (Tendik) Universitas Gadjah Mada menyalurkan bantuan air bersih di empat desa di tiga kecamatan di wilayah Kabupaten Gunungkidul, Kamis (28/9/2023). Ketiga kecamatan tersebut adalah Kecamatan Panggang, Saptosari, dan Rongkop.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sebanyak 14 dari 18 Kecamatan di wilayah Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengalami krisis air bersih dan kekeringan akibat dampak kemarau berkepanjangan. Untuk meringankan beban masyarakat yang tinggal di lereng perbukitan yang terkenal kering dan tandus, komunitas Dosen dan Tenaga Kependidikan (Tendik) Universitas Gadjah Mada menyalurkan bantuan air bersih di empat desa di tiga kecamatan di wilayah Kabupaten Gunungkidul, Kamis (28/9/2023). Ketiga kecamatan tersebut adalah Kecamatan Panggang, Saptosari, dan Rongkop.

Ketua panitia Bakti Sosial UGM, Sudarmana, mengatakan kegiatan bakti sosial yang dikemas dalam bentuk berbagi air bersih ini bertujuan untuk meringankan beban masyarakat Gunungkidul yang kesulitan mendapatkan air bersih. Momon, demikian ia akrab disapa, menyebutkan pihaknya mendistribusikan sebanyak 93 tangki air bersih yang akan didistribusikan secara bertahap di empat desa yakni di Giriharjo, Girisuko, Giripuro dan Girisubo.

Baca Juga

"Kita perkirakan ada sekitar 120 kepala keluarga yang nantinya akan mendapat manfaat dari distribusi bantuan air bersih ini," kata Momon dalam keterangannya kepada wartawan, Jumat (29/9/2023).

Kegiatan pembagian air bersih ini dimulai sejak 29 september kemarin hingga 8 oktober mendatang. "Kita laksanakan secara bertahap dan bergiliran," ujar Momon.

Momon berharap melalui aksi kemanusiaan dengan berbagi air bersih ini bisa mengurangi beban warga Gunungkidul yang mengalami krisis air bersih. Sebab selama musim kemarau masih berlangsung, masyarakat tetap masih membutuhkan bantuan air. "Selama ini warga banyak mengandalkan bak penampungan yang biasa untuk menampung air hujan. Selama kemarau, baknya kering," katanya.

Dukuh Baros Lor, Desa Monggol, kecamatan Saptosari, Bapak Sadu, menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih atas bantuan air bersih yang diberikan oleh pihak UGM. "Saya mewakili padukuhan Baros Lor menyampaikan ucapan terima kasih bantuan yang diberikan oleh Bapak Ibu. Semoga menjadi ladang amal bagi bapak Ibu. Bantuan ini sangat berharga sekali dan sangat bermanfaat bagi warga kami," katanya.

Wasinem (60), Warga Baros Lor, Saptosari, mengaku sangat bersyukur adanya bantuan air bersih. Menurutnya untuk kebutuhan satu tangki air bersih bisa digunakan hingga 3-4 kepala keluarga yang bisa digunakan selama dua bulan. "Saya senang sekali dan menyampaikan ribuan terima kasih karena sudah dibantu oleh bapak Ibu semua," kata Ibu dua anak ini.

Jack Haryanto, anggota komunitas peduli air bersih UGM lainnya  menuturkan pemberian bantuan air bersih semacam ini akan selalu rutin dilakukan mengingat kemarau masih berlangsung hingga November mendatang. Menurut Jack Hartyanto, kegiatan aksi dan peduli kemanusiaan ini diharapkan bisa meringankan warga masyarakat Gunungkidul yang dikenal selalu mengalami kesulitan mendapatkan air bersih saat musim kemarau. "Kita juga mengajak masyarakat luas juga bisa ikut peduli dan membantu warga kita di Gunungkidul," katanya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement