Jumat 29 Sep 2023 19:18 WIB

Psikolog Anjurkan Pekerja Pilih Hobi Beda dari Rutinitas untuk Rehat

Jangan mengisi waktu rehat dengan sesuatu yang harus membuat otak berpikir keras.

Red: Lida Puspaningtyas
Petugas kesehatan mencoba treadmill di salah satu ruangan Klinik Pratama Ramah Lansia Inggit Garnasih usai diresmikan di Jalan Flores, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (20/7/2023). Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama Baznas Jabar dan Bank BJB meresmikan Klinik Pratama Ramah Lansia Inggit Garnasih yang memiliki sejumlah fasilitas terapi bagi warga lanjut usia (lansia) seperti ruang fisioterapi aktif, ruang fisioterapi pasif, ruang hydroterapi, ruang periksa, ruang hobi, taman dan kafe.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petugas kesehatan mencoba treadmill di salah satu ruangan Klinik Pratama Ramah Lansia Inggit Garnasih usai diresmikan di Jalan Flores, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (20/7/2023). Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama Baznas Jabar dan Bank BJB meresmikan Klinik Pratama Ramah Lansia Inggit Garnasih yang memiliki sejumlah fasilitas terapi bagi warga lanjut usia (lansia) seperti ruang fisioterapi aktif, ruang fisioterapi pasif, ruang hydroterapi, ruang periksa, ruang hobi, taman dan kafe.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia Olphi Disya Arinda M.Psi., menganjurkan agar pekerja bisa memilih hobi atau aktivitas berbeda dari rutinitas bekerjanya sehingga dapat memiliki waktu rehat yang berkualitas.

Disya dalam sebuah diskusi di Jakarta, Jumat (29/9/2023), menilai masih banyak pekerja yang kurang tepat menggunakan waktu rehatnya sehingga kadang justru berimbas kepada produktivitas yang tidak optimal.

"Cobalah cara istirahat yang sangat berbeda dengan aktivitas kita bekerja agar istirahatnya bisa maksimal," kata Disya.

Disya mencontohkan salah satu kasus yang ditanganinya, ketika seorang pekerja kantoran yang memiliki rutinitas cukup banyak berinteraksi dengan gawai. Meskipun sudah mengambil waktu istirahat di sela-sela pekerjaan agar tidak burnout (lelah fisik dan mental), namun, dia merasa masih tidak produktif untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Setelah diskusi lebih lanjut, rupanya sang klien memilih rehat dengan cara bermain media sosial yang memiliki kemiripan dengan rutinitas seperti pekerjaan hariannya.

"Niat awalnya ambil jeda dan istirahat tahunya setelah main media sosial makin banyak informasi yang diterima dan akhirnya dipikirkan. Nah, baiknya memang jangan mengisi waktu rehat dengan sesuatu yang harus membuat otak berpikir keras," kata Disya.

Memilih kegiatan atau hobi yang sangat berbeda dari rutinitas pekerjaan untuk waktu rehat menurut Disya menjadi cara yang baik untuk mengatasi rasa tertekan atau stres dan membantu pekerja bisa memisahkan prioritasnya.

Dengan memiliki waktu rehat yang berkualitas, maka akhirnya pekerja bisa mengatasi konfliknya dalam bekerja dan tidak akan mudah merasa burnout.

Selain mengisi dengan aktivitas berbeda, istirahat untuk pekerja juga dapat dioptimalkan dengan menjaga pola tidurnya yang sesuai dengan anjuran dari Kementerian Kesehatan. Kemenkes merekomendasikan pekerja yang masuk usia produktif sebaiknya memiliki waktu tidur untuk beristirahat di malam hari selama 7 sampai 9 jam tanpa terputus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement