Oleh : Teguh Firmansyah, Redaktur Politik Republika.co.oid
REPUBLIKA.CO.ID, Kabar mengejutkan datang dari PSI. Kaesang Pangarep didaulat menjadi ketua umum, dua hari setelah terkonfirmasi menjadi anggota. Boleh dibilang ini menjadi salah satu penetapan ketua umum tercepat terhadap sosok yang selama ini tak pernah terlibat di dunia perpolitikan.
Sepak terjang Kaesang lebih dikenal sebagai pengusaha dan belum pernah terlibat dalam kepengurusan partai. Memang tidak ada yang bisa melarang PSI menetapkan ketua umum. PSI punya aturan main sendiri. Kaesang sebagai warga negara juga mempunyai hak sama dalam berpolitik.
Tapi, tetap saja hal itu memicu pertanyaan ada apa di balik penetapan Kaesang sebagai ketua umum?
Analisis pertama, penetapan Kaesang sebagai ketum PSI adalah strategi partai untuk mengerek suara. Sosok Kaesang yang merupakan putra dari Presiden Joko Widodo diharapkan bisa mendongkrak suara partai tersebut.
Partai akan mendapatkan limpasan suara dari pemilih yang selama ini pro terhadap Presiden Jokowi. Maklum, berdasarkan hasil sejumlah survei ketersukaan masyarakat terhadap Jokowi sangat meyakinkan.
Survei LSI Denny JA pada yang digelar 30 Mei-12 Juni 2023 menyebut tingkat kepercayaan ke Presiden mencapai 90 persen. Karena itu, sikap PSI mendukung Jokowi, sejalan dengan hasil survei tersebut.
PSI yang sebelumnya gagal mendapat kursi DPR pada 2019 secara konsisten menyatakan sikap tegas lurusnya terhadap Jokowi. Lewat berbagai baliho dan iklan , PSI mengampanyekan sikap politiknya tersebut.
Setiap progam Jokowi didukung tanpa kritik. Pun dalam penetapan capres, PSI menunggu arahan dari Presiden.
Oleh karena itu, penunjukkan Kaesang sebagai ketum, menggenapi strategi yang dijalani oleh PSI selama ini dalam upaya menggaet pemilih-pemilih Jokowi.
Seperti disampaikan oleh salah satu politikus PSI di Jakarta, saat ini partai itu tidak lagi diremehkan. PSI juga menargetkan suara-suara Gen Z dan milenial yang merupakan pemilih terbesar pada pilpres 2024 mendatang. PSI ingin melakukan sebuah lompatan torehan suara hingga bisa berjajar di level tengah dan atas.
Survei LSI pada Mei-September 2023 perolehan partai itu tak pernah bisa lebih dari dua persen. Padahal untuk lolos ambang batas parlemen, PSI butuh minimal 4 persen.
Analisis kedua, menjadikan Kaesang sebagai ketum merupakan alat masuk untuk memperkuat dukungan terhadap Prabowo Subianto. Alur cerita ini sudah dimulai sejak PSI tidak lagi secara langsung mendukung Ganjar Pranowo.
Saat kunjungan Prabowo Subianto ke partai itu beberapa waktu lalu, PSI menyatakan terbuka untuk mendukung menteri pertahahan tersebut.
Meski belum ada pernyataan tegas, namun riak-riak di dalam tubuh partai sudah terlihat. Politikus PSI yang mendukung Ganjar seperti Guntur Romli telah menyatakan keluar saat partai tersebut mulai mendekat ke Prabowo.
Jika PSI nanti benar mendukung Prabowo Subianto, maka persepsi bahwa mantan Danjen Kopassus didukung Jokowi terwakili. Setidaknya, jika Presiden tidak menyampaikan secara ekplisit mendukung salah seorang capres, maka ada sosok keluarga Jokowi di sana.
Prabowo Subianto merupakan bakal calon presiden yang saat ini kerap memuji kinerja Jokowi. Dalam berbagai kesempatan Prabowo mengagumi mantan seterunya di pilpres 2014 dan 2019 itu yang telah bekerja keras demi bangsa. Karenanya, bagi Prabowo, dukungan dari Presiden akan memberikan angin segar untuk memenangkan Pilpres 2024.
Spekulasi terakhir dari penunjukkan Kaesang sebagai ketum PSI yakni memperlihat kekuatan Presiden Jokowi dalam mendistribuskan pengaruhnya di berbagai partai.
Sebelumnya putra Presiden yang pertama Gibran Rakabuming Raka telah terlebih dulu menjabat sebagai kader di PDIP.
Sebagai kader, Gibran menduduki posisi wali kota Solo. Namun Presiden menegaskan bahwa ia tidak mencampuri keinginan anaknya dalam berpolitik.
Terlepas dari berbagai spekulasi tersebut, penunjukkan Kaesang sebagai ketum PSI merupakan sebuah pertaruhan. Bagi PSI, ini adalah pertaruhan apakah strategi yang dijalankan dalam jargon-jargon 'tegak lurus bersama Jokowi' akan membuahkan hasil dalam Pilpres.
Apakah Kaesang memberikan perubahan warna signifikan dalam mengerek suara partai itu, setidaknya hingga lolos ambang batas parlemen?
Jika gagal, maka akan muncul beragam penilaian. Seperti PSI yang tak mempunyai sikap tersendiri dalam berpolitik. Dan mngkin, anggapan PSI tidak mampu menjalankan sistem pengkaderannya dengan baik.
Bagi Kaesang, ini juga merupakan sebuah ujian besar. Jika berhasil mengerek PSI lolos ambang batas, maka ia bisa benar-benar bisa memanfaatkan ketersukaan pemilih terhadap Presiden dan menggerakkan mesin partai untuk memanfaatkan kekuatan tersebut. Jika gagal, maka nama Presiden Jokowi bisa ikut terimbas.