REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ahmad Zubaidi baru-baru ini berkesempatan menziarahi makam Imam Bukhari yang terletak di Uzbekistan. Makam Imam Bukhari tepatnya di desa Khartank yang jaraknya sekitar 25 kilometer dari Samarkand.
Menurut dia, makam ulama ahli hadits tersebut kini telah menjadi salah satu wisata umat Islam seluruh dunia. "Ini berkat jasa Presiden Sukarno," ujar Kiai Zubaidi dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (30/9/2023).
Sejarah Sukarno dengan bangsa Uzbekistan sendiri dimulai ketika pasca-Konferensi Asia Afrika pada 1955. Pemerintah Soviet saat itu mengundang Presiden Sukarno untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Moskow.
Kemudian, Sukarno mengajukan syarat atas rencananya memenuhi undangan Pemerintah Soviet dengan meminta dicarikan atau ditemukan makam Imam Bukhari. Kata Sukarno kepada pemimpin Soviet saat itu, Nikita Krushchev, "Aku sangat ingin menziarahinya".
"Pada 1956, kondisi makam tidak terawat dengan baik dan berada di semak belukar, bahkan menurut Azizi, pemandu perjalanan saya di Uzbekistan, makam itu sengaja disembunyikan. Bahkan Sukarno menginap di Samarkand selama tiga hari untuk bertanya kepada masyarakat," kata Kiai Zubaidi.
Tak ada yang berani menunjukkan...