Sabtu 30 Sep 2023 20:40 WIB

5 Aksi Iklim Berbasis Laut Ini Mampu Kurangi Emisi

Negara di dunia harus tingkatkan investasi energi laut untuk atasi krisis iklim.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Jika ingin memanfaatkan energi laut untuk mengatasi krisis iklim, negara-negara di dunia harus tingkatkan investasi teknologi.
Foto: AnadAnadolu Agencyolu Agency
Jika ingin memanfaatkan energi laut untuk mengatasi krisis iklim, negara-negara di dunia harus tingkatkan investasi teknologi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lautan diyakini sebagai area yang paling menjanjikan untuk mengatasi perubahan iklim ekstrem yang terjadi. Namun sayangnya, hingga saat ini, eksplorasi lautan untuk aksi iklim masih terabaikan dan kurang mendapat perhatian.

Penelitian baru yang ditugaskan oleh Panel Tingkat Tinggi untuk Ekonomi Laut Berkelanjutan (Panel Laut) menunjukkan bahwa solusi iklim berbasis laut dapat menghasilkan hingga 35 persen pengurangan emisi gas rumah kaca tahunan, yang diperlukan pada tahun 2050 untuk membatasi kenaikan suhu global hingga 1,5 derajat Celcius. Hal ini menunjukkan peningkatan signifikan dari perkiraan sebelumnya, yang menempatkan potensi pengurangan emisi lautan sekitar 21 persen dari total yang dibutuhkan pada tahun 2050.

Baca Juga

Penelitian ini didasarkan pada solusi yang siap diterapkan dan layak secara ekonomi saat ini. Namun, meskipun investasi dalam ekonomi laut berkelanjutan dianggap menguntungkan, pendanaan untuk solusi ini masih sangat kurang hingga saat ini. Karena itu, negara-negara harus secara substansial meningkatkan investasi dalam teknologi dan infrastruktur yang diperlukan, jika ingin memanfaatkan energi laut untuk membantu mengatasi krisis iklim.

Dilansir World Economic Forum, Sabtu (30/9/2023), berikut 5 peluang utama aksi iklim berbasis laut yang dapat menghasilkan pengurangan emisi yang substansial di samping manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan bagi masyarakat pesisir.

 

1. Meningkatkan energi terbarukan berbasis laut

Energi terbarukan berbasis laut merupakan peluang utama dengan solusi yang siap diimplementasikan, termasuk angin lepas pantai serta tenaga surya terapung dan tenaga pasang surut. Ini diyakini dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 3,60 giga ton per tahun pada tahun 2050.

Beberapa negara telah melakukan ini. Norwegia misalnya, telah mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai terapung terbesar di dunia yang beroperasi penuh, Hywind Tampen. Norwegia juga telah mengalokasikan area untuk produksi listrik tenaga angin lepas pantai sebesar 30 GW pada tahun 2040 dan mengumumkan kompetisi untuk produksi listrik tenaga angin lepas pantai di dua area di landas kontinen Norwegia: Sørlige Nordsjø II (3000 MW) dan Utsira Nord (1500 MW).

 

2. Mengurangi emisi dari transportasi berbasis laut

Saat ini, industri pelayaran internasional membawa sekitar 80 persen dari perdagangan antar negara di dunia. Jika dihitung sebagai sebuah negara, maka Indonesia termasuk di antara 10 negara penghasil emisi terbesar di dunia. Dalam upaya untuk menyelaraskan lebih dekat dengan tujuan iklim global, Organisasi Maritim Internasional (IMO) baru-baru ini merevisi strategi pengurangan emisinya, menetapkan target untuk mencapai nol bersih pada atau sekitar tahun 2050 sesuai dengan kondisi nasional.

Meskipun beberapa kemajuan telah dicapai dalam upaya dekarbonisasi transportasi berbasis laut selama dekade terakhir, terutama melalui langkah-langkah efisiensi energi seperti mendesain ulang dan meremajakan kapal untuk mengurangi penggunaan bahan bakar dan menurunkan emisi. Namun untuk mencapai target Net Zero di sektor ini akan membutuhkan lebih banyak investasi baik dalam solusi pelayaran rendah karbon yang sudah ada maupun yang sedang berkembang.

 

3. Melestarikan dan memulihkan ekosistem pesisir dan laut

Ekosistem blue carbon yang sehat seperti hutan bakau, padang lamun (seagrass bed), dan rawa pasang surut merupakan penyerap karbon yang kuat yang dapat menyimpan karbon hingga 5 kali lebih banyak per area dibandingkan hutan tropis dan menyerapnya dari atmosfer 3 kali lebih cepat. Hal ini membuat mereka menjadi sekutu yang penting dalam mengatasi krisis iklim.

 

4. Memperluas Produksi Pangan Berkelanjutan Berbasis Laut

Seiring dengan meningkatnya populasi dunia, kebutuhan akan sumber makanan dan protein juga akan meningkat. Lautan dapat memainkan peran penting dalam memenuhi kebutuhan ini dengan berbagai macam makanan laut yang berkelanjutan seperti ganggang, ikan, dan invertebrata seperti kerang.

Mengonsumsi seafood ke dalam pola makan global tidak hanya mendiversifikasi pilihan protein, tetapi juga dapat mengurangi emisi global hingga 1,47 gigaton per tahun pada tahun 2050, sebanding dengan menutup 393 pembangkit listrik tenaga batu bara setiap tahunnya.

 

5. Memanfaatkan potensi laut untuk penyerapan dan penyimpanan karbon

Selain pengurangan emisi yang mendalam di semua sektor, untuk mencapai tujuan iklim global, perlu dilakukan penyerapan sebagian karbon yang telah dilepaskan ke atmosfer. Di samping memulihkan ekosistem karbon biru yang menyerap CO2 secara alami, pendekatan penyerapan karbon berbasis laut telah menarik minat secara global dalam beberapa tahun terakhir.

Penyerapan karbon dioksida laut mencakup berbagai teknik seperti peningkatan alkalinitas laut, di mana mineral alkali ditambahkan ke dalam laut untuk mengubah kimiawi laut dan meningkatkan penyerapan karbon, serta melakukan pemupukan nutrisi laut yang memacu pertumbuhan ganggang untuk menyerap karbon dalam jumlah besar.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement