REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Masyarakat Yerusalem harus menyaksikan pemandangan yang meresahkan pada Sabtu (30/9/2023) pagi. Pemukim ekstremis Israel dilaporkan menjalankan ritual Talmud di lingkungan Masjid al-Aqsha.
Tidak berhenti di situ, mereka juga disebut melakukan tarian provokatif. Peristiwa ini terjadi pada hari pertama hari raya Yahudi, yang dikenal dengan “Yom Kippur”.
Saksi mata melaporkan puluhan pemukim menyerbu Pasar Qatanin, menuju ke Masjid Al-Aqsha. Setelahnya, mereka dilaporkan melakukan ritual Talmud, di bawah perlindungan ketat dari pasukan pendudukan Israel.
Tidak hanya itu, para saksi lebih lanjut menjelaskan para pemukim ini melakukan ritual, tarian dan nyanyian provokatif di Kota Tua. Tindakan ini khususnya terjadi di depan Gerbang Asbat, salah satu pintu masuk Masjid Al-Aqsha sebagai bagian dari perayaan “Yom Kippur”.
Dilansir di Days of Palestine, Ahad (1/10/2023), tindakan provokatif ini terjadi setelah Pemerintah Israel memaksa pemilik toko lokal di Pasar Qatanin menutup toko mereka, sebelum jam 10 pagi. Mereka beralasan hal ini dilakukan untuk memberikan ruang bagi ekstremis Yahudi melakukan ritual Talmud mereka di daerah tersebut.
“Pasar Qatanin” beberapa kali telah menghadapi serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya dari pasukan dan pemukim Israel. Bahkan, disampaikan bahwa ketegangan di sekitar wilayah ini meningkat selama hari raya Yahudi, khususnya “Yom Kippur.”
Peristiwa-peristiwa ini telah mengubah pasar menjadi tempat praktik keagamaan, tarian dan nyanyian Yahudi, yang sering kali dimaksudkan untuk mengejek dan memprovokasi warga Palestina.
Tahun lalu, pasukan Israel memaksa pemilik toko di Yerusalem menutup toko mereka selama tujuh hari berturut-turut. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin ibadah para pemukim, dalam upaya berbahaya mengubah daerah tersebut menjadi sinagoga Yahudi.
Pihak berwenang Israel dan kelompok ekstremis secara rutin mengeksploitasi hari libur, sebagai kesempatan untuk melaksanakan ritual berbasis Taurat di Kota Tua dan Masjid Al-Aqsha. Apa yang mereka lakukan merupakan bentuk provokasi bagi warga Palestina dan meningkatkan tekanan terhadap mereka.
“Yom Kippur” sendiri merupakan momen untuk menandai tahap ketiga musim liburan Yahudi. Kelompok Temple Mount telah meminta para pemukim melakukan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke dalam Masjid Al-Aqsha.
Seruan kepada penduduk Yerusalem untuk berkumpul dan menghadapi para pemukim ekstremis, khususnya di Gerbang Qatanin, terus berlanjut. Hal ini dipandang penting untuk menentang serangan dan membela kesucian Islam dalam menghadapi provokasi ini.